TRIBUNNEWS.COM, KABANJAHE - Tim search and rescue (SAR) yang diterjunkan mencari korban awan panas di Desa Sukameriah, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, terpaksa menghentikan sementara pencarian karena gangguan awan panas, Minggu (2/2/2014) siang.
Seorang relawan, Fahmi (34), di Kabanjahe, menjelaskan, situasi medan tempat terjadinya bencana sangat berbahaya dan mencekam. Saat proses evakuasi, masih terjadi luncuran awan panas akibat erupsi Gunung Sinabung yang terjadi dua kali.
Tim SAR yang terdiri atas Satgas BNPB, TNI-AD, Polri, Tagana dan sejumlah relawan, menurut dia, sempat lari ketika terjadinya awan panas secara tiba-tiba.
"Semburan awan panas itu diiringi suara gemuruh dan angin kencang yang berasal dari puncak Gunung Sinabung di Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, atau sekitar 3 km dari kawah gunung berapi tersebut," ucap Fahmi.
Dia mengatakan, saat pencarian para korban tersebut, Tim SAR hanya diberikan waktu selama 10 hingga 20 menit di lokasi kejadian, karena intensitas Gunung Sinabung masih keadaan tinggi dan mengeluarkan awan panas.
Pencarian warga korban awas panas di Desa Sukameriah atau sekitar 15 Km dari Kota Kabanjahe, kata Fahmi, hanya dilakukan dua kali. Setelah itu langsung dihentikan karena cuaca tidak mendukung serta kabut tebal. Diduga masih ada yang belum ditemukan.
"Penghentian pencarian korban, Minggu, pukul 13.00 WIB, juga berdasarkan saran dari PVMBG yang berada di Kabupaten Karo," kata relawan.
Korban tewas akibat terkena awan panas Gunung Sinabung hingga Minggu kemarin menjadi 15 orang. Korban terakhir bernama Surya Sembiring (24), yang sebelumnya mengalami luka-luka dan meninggal dunia pada pukul 08.00.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, para korban meninggal tersebut bisa terkena awan panas yang mencapai suhu hingga 700 derajat Celcius karena sedang berada di lintasan erupsi. Tiga orang pengungsi meninggal dunia saat sedang menengok rumahnya.
Ke-15 korban tewas akibat semburan awan panas Gunung Sinabung itu adalah Surya Sembiring (24) asal Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Alexander Sembiring (17) pelajar SMA I Merdeka, Kabanjahe, Daud Surbakti (16) pelajar STM Berastagi.
Dipa Nusantara (17) pelajar STM Berastagi, David (17) pelajar STM Berastagi, Mahal Surbakti (25) guru honor SD di Desa Gurukinayan, Teken Sembiring (49) pengungsi Desa Guru Kinayan, dan Santun Siregar (22) mahasiswa GMKI asal Kuta Cane, Aceh.
Kemudian, Fitriani Boru Napitupulu (19) mahasiswi GMKI asal Kuta Tengah Lawe Agara, Aceh, Asran Lubis (21) mahasiswa GMKI asal Desa Pardamean, Kutacane, Agara, Aceh, dan Marudut Brisnu Sihite (25) mahasiswa GMKI asal Kuta Cane, Agara, Aceh.
Rizal Syahputra (25) wartawan salah satu media di Medan, Daniel Siregar (22) mahasiswa GMKI asal Kuta Cane, Aceh, Zulpiandi Mori (21) mahasiswa GMKI asal Desa Lau Bakung, Kuta Cane Agara, Aceh, dan Thomas Sembiring (27) photo grafer asal Jaberneh, Medan.
Sedangkan, korban luka bakar, dan saat ini masih dirawat intensif di RSU Efarina Etaham, Kabanjahe, tinggal tiga orang lagi. Mereka, yakni Sahat Sembiring (40) asal Desa Guru Kinayan, Erwin Milala (40) asal Desa Sukameriah dan Doni Sembiring (65) asal Desa Sukameriah. ANT/KOMPAS/TRIBUN MEDAN