TRIBUNNEWS.COM, CILACAP - Bagi Prianggoro Agung Wibowo, menjabat sebagai Kepala Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) Narkotika Nusakambangan bukanlah pekerjaan mudah. Agung membina ratusan narapidana kasus narkoba kelas berat.
Mulai pengguna, kurir, hingga bandar narkoba jaringan internasional terdapat di lapas yang mulai beroperasi pada 2008 ini. Meskipun sudah berada di dalam penjara, bandar tetap melakukan berbagai upaya untuk memasukkan barang haram tersebut ke dalam lapas.
Cara yang digunakannya pun sangat beragam. Satu yang paling diingat Agung adalah saat ada seorang pembesuk berusaha menyelundupkan narkoba jenis sabu lewat buah apel.
Petugas awalnya tidak menemukan hal mencurigakan saat memeriksa apel. Meskipun demikian, insting Agung yang sudah dua tahun bertugas di Nusakambangan mengatakan ada sesuatu yang mencurigakan.
"Saya yakin ini pasti ada sesuatu, saya kemudian berspekulasi membelah apel satu per satu," kata Agung kepada Tribun Jateng (Tribunnews.com Network), Senin (10/2/2014).
Intuisi Agung rupanya tidak meleset. Satu apel dari puluhan apel tersebut ternyata di dalamnya berisi sejumlah paket sabu.
"Secara kasat mata apel itu tidak ada yang aneh. Namun setelah kami potong, apel itu dilubangi tengahnya secara rapi dan ada sabunya. Bayangkan betapa repotnya kalau setiap ada pembesuk kami harus memotong apel satu per satu," celetuknya.
Modus lain yang pernah terjadi yakni pembesuk menyelipkan sabu ke sebuah sandal tebal yang terbuat dari karet. Pembesuk dan napi selanjutnya saling bertukar sandal.
"Saya lihat kok ada pembesuk ke luar dari lapas memakai sandal yang berbeda saat dia masuk lapas. Saya kemudian memeriksa napi yang baru saja dikunjungi itu. Ternyata benar, saya menemukan narkoba yang disisipkan di tengah sandal yang sudah dimodifikasi," kata Agung.
Upaya penyelundupan narkoba ke lapas makin beragam. Kadang, bandar yang kebanyakan dari daerah luar Jateng, berusaha menyelundupkan narkoba melalui keluarga napi lain yang berasal dari Cilacap.
Modus terbaru yang pernah dilakukan napi di Lapas Narkotika adalah melemparkan narkoba ke dalam lapas. Di antara lapas lain, Lapas Narkotika berlokasi paling dekat dengan laut. Oleh karenanya sangat memungkinkan untuk melempar narkoba ke dalam lapas.
Beberapa waktu lalu, Agung mendapati 0,5 kilogram ganja yang berusaha diselundupkan ke dalam lapas dengan cara dilempar. Bandar memanfaatkan warga di sekitar yang telah hapal kondisi geografis Nusakambangan sebagai kurir.
"Kurir masuk melalui sungai kecil kemudian berjalan kaki. Begitu di dekat lapas, ia melemparkan ganja tersebut," jelas Agung.
Mendapati temuan itu, Agung langsung melapor kepada polisi. Setelah dilakukan penelusuran, diketahui, kurir pelempar ganja ke dalam lapas adalah warga Kampung Laut, Cilacap. Berdasarkan pengakuannya kepada polisi, si kurir telah dua kali melempar narkoba ke dalam lapas. Sekali beraksi, si kurir menerima bayaran Rp 1,5 juta.
Ada pula penyelundupan narkoba ke Lapas Narkotika dilakukan lewat saluran air atau selokan. Caranya, Narkoba ditempelkan di ujung galah panjang berukuran kecil. Kemudian galah tersebut didorong masuk melalui saluran air.
"Kita harus bekerja keras. Satu jalur ditutup, napi akan berusaha membuka jalur masuk lainnya. Kita tidak boleh lengah," imbuh mantan KPLP Lapas Narkotika Yogyakarta ini.
Satu modus lain yang tak kalah "cerdas" yaitu memasukkan narkoba ke jajanan kemasan atau susu kemasan. Kemasan tersebut ditutup kembali memakai lem atau double isolatif.
Pernah juga ia menemui paket narkoba yang diselundupkan melalui makanan ringan. Di sini, instingnya kembali bekerja. Ia mendengar keanehan saat menggoyang-goyangkan bungkus makanan ringan di dekat telinganya. Selain itu, bungkus makanan ringan yang dipegangnya saat itu, sedikit lebih kempes dibandingkan makanan ringan sejenis.
Curiga, Agung langsung merobek bungkus makanan ringan tersebut dan mengeluarkan isinya. Benar saja, terdapat sabu-sabu di dalamnya.
"Tidak mudah menghentikan masuknya narkoba ke lapas, terkadang saya hanya mengandalkan insting," ungkap Agung. (tribun jateng cetak/tim)