News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Siswa SMK Diancam Diberhentikan Gara-gara Lompat Pagar Sekolah

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aan Lerianto ditemani Yanto, orangtuanya, saat berada di kediamannya di Kecamatan Merapi Timur, Selasa (12/2/2014). Aan ditampar hingga mual dan pusing, serta diberhentikan dari SMKN karena ketahuan melompat pagar karena datang terlambat.

TRIBUNNEWS.COM, LAHAT - Akibat terlambat datang dan melompat pagar saat masuk sekolah, Aan Lerianto (15) diduga mendapat tindakan kekerasan dari Sutoko, Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Lahat. Siswa yang masih duduk di kelas satu tersebut ditampar, hingga kepalanya terasa pusing dan perut mual. Bahkan ia diminta tidak usah masuk lagi, karena langsung diberhentikan.

Dari informasi yang berhasil dihimpun, tindakan yang mencoreng dunia pendidikan Kabupaten Lahat tersebut terjadi Selasa (4/2/2014) lalu. Saat itu Aan yang baru sembuh dari sakit, memilih berangkat sekolah karena khawatir banyak ketinggalan pelajaran. Sebab ia sudah satu minggu tidak masuk sekolah, karena suhu badannya tinggi.

Aan yang tinggal di Desa Arahan Kecamatan Merapi Timur, harus naik angkutan dua kali untuk tiba di sekolahnya. Jaraknya cukup jauh mencapai sekitar 35 Km menuju Kota Lahat. Sialnya angkutan perkotaan (angkot) yang ia naiki tidak berhenti di SMKN 1 seperti biasanya. Ia juga sudah menekan bel tanda berhenti, namun rupanya tidak berfungsi. Sehingga sekolahnya sudah terlewat sekitar 1 KM, dan Aan terpaksa harus berjalan kaki. Padahal saat itu kondisi cuaca sedang hujan rintik, sehingga seragam yang ia pakai lembab.

Aan yang duduk di kelas 1 jurusan Teknik Kendaraan Ringan panik, ketika tiba di dekat sekolah. Karena waktu sudah menunjukkan sekitar pukul 07.30 WIB, padahal seluruh siswa harus sudah berada di dalam sebelum pukul 07.00 WIB. Karena bingung ia pun melompati pagar, namun sialnya kepergok oleh satpam sekolah. Sehingga langsung dilaporkan kepada Sutoko selaku Kepala Sekolah serta Ruslan selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan.

Saat itu Sutoko sangat marah, apalagi tak lama berselang ada siswa lain yang kedapatan datang terlambat dan meloncat pagar. Sang kepala sekolah lalu menampar wajah Aan, hingga kepalanya langsung terasa pusing. Tak lama berselang perutnya terasa mual, hingga membuat dua orang gurunya tersebut kebingungan. Ia lalu disuruh masuk ke ruangan untuk beristirahat, dan dibuatkan teh hangat. Kemudian diminta untuk menyuruh orangtuanya, agar datang lagi ke sekolah.

Yanto (58) orangtua Aan yang datang keesokan harinya, terkejut dan kebingungan. Sebab anaknya langsung diminta untuk tidak datang ke sekolah lagi, dan disarankan segera mengurus surat pindah. Pria yang saat ini tidak punya pekerjaan sudah memohon dan meminta belas kasihan, apalagi sang anak tidak pernah melakukan kesalahan. Namun tetap tidak digubris, hingga ia merasa sangat kecewa.

"Saya bingung dan ketakutan, karena sebelumnya tidak pernah melakukan pelanggaran. Setelah ditampar kepala saya pusing, lalu kemudian mual-mual rasanya mau muntah," ujar Aan yang terlihat murung, saat ditemui di kediamannya, Selasa (11/2/2014).

Sutoko, Kepala Sekolah SMKN 1 Lahat yang hendak dikonfirmasi Selasa (11/2/2014) sulit ditemui. Meski sudah ditunggu berjam-jam, ia tetap tidak mau menerima kedatangan Sriwijaya Post (Tribunnews.com Network). Padahal tamu lain yang datang, bisa langsung masuk ke ruang kerjanya untuk bertemu. Baru pada Rabu (12/2/2014) ia mau bersedia diwawancara, itu pun juga harus menunggu cukup lama.

Sutoko membantah sudah melakukan kekerasan terhadap siswanya. Apalagi sampai menampar, hingga menyebabkan anak didiknya pusing dan mual-mual. Menurutnya ia hanya memberikan nasehat serta wejangan, dan memang kewajibannya sebagai pendidik untuk membina para siswa. Tindak kekerasan terhadap siswa, tidak diperkenankan di sekolah yang ia pimpin. Namun untuk sebatas mencubit serta menjewer kuping, memang sering dilakukan. Namun tujuannya bukan untuk menyakiti, tapi lebih pada mengingatkan untuk tidak mengulangi perbuatannya.

Terlambat dan meloncat pagar sekolah, menurutnya masuk kategori pelanggaran berat di SMKN 1 Lahat. Ia juga sudah memberikan informasi kepada seluruh siswa, agar bisa lebih disiplin. Sanksinya langsung diberhentikan, karena tidak ada langkah preventif lain yang bisa diambil.

"Anaknya melanggar, tapi seingat saya tidak ada penamparan. Sudah hal seperti ini tidak usah diberitakan, cari yang bagus-bagus saja," tegas Sutoko.

Yanto selaku orangtua Aan, cukup bingung dengan kebijakan yang diambil Kepala Sekolah. Sebab langsung diminta mengurus surah pindah, karena akan diberhentikan. Padahal sang anak termasuk pendiam dan rajin, dan belum pernah melakukan pelanggaran fatal. Sebab saat itu kondisinya habis sakit, ketakutan karena sudah terlambat. Ia juga sudah memelas dan meminta belas kasihan, namun tetap tidak digubris.

Selama satu minggu Aan anaknya terpaksa hanya di rumah, dan lebih memilih mengurung diri. Ia masih trauma, dan sering melamun di dalam kamar. Sebab pihak sekolah tidak mengizinkannya lagi, untuk menuntut ilmu di sana. Ia sudah berusaha mencari sekolah lain, namun tidak berhasil karena saat ini masih berada di tengah tahun ajaran.

Namun anehnya pada Selasa (12/2/2014) sekitar pukul 11.00, Ruslan, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan menghubunginya. Waktu tersebut beselang beberapa saat, setelah Sriwijaya Post mewawancarai Kepala Sekolah SMKN 1 Lahat di ruangan kerjanya. Ia bersama Aan diminta untuk datang ke sekolah Rabu (13/2/2014), karena pihaknya berencana mengubah keputusan pemberhentian. Karena sudah melakukan rapat dengan komite sekolah, sehingga diberlakukan kebijakan baru.

"Terus terang saya terkejut anak saya ditampar, mendidik tidak seperti itu. Tadi saya sudah dihubungi pihak sekolah, besok diminta datang. Mudah-mudahan ada solusi yang baik, agar anak saya tidak trauma dan bisa melanjutkan pendidikan," imbuh Yanto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini