TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Kondisi masyarakat di sekitar Gunung Kelud seperti di Blitar, Kediri dan Malang cukup kondusif. Masyarakat telah melakukan aktivitas sehari-hari, kecuali di radius 10 km yang masih harus mengungsi.
Jumat (14/2/2014) siang, aktivitas vulkanik Gunung Kelud menunjukkan penurunan. Status tetap Awas (level IV) dan radius 10 km harus kosong.
Informasi dari Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, hingga saat ini data sementara akibat dampak erupsi Gunung Kelud dilaporkan 2 orang meninggal dan 100.248 jiwa mengungsi.
Korban meninggal adalah Sail (60) warga RT 12/04 Dsn Ngutut, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang.
"Korban meninggal di bawah meja karena atap rumahnya roboh. Korban lainnya Pontini (65), warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang karena tertimpa tembok yang roboh. Robohnya rumah atau bangunan karena menahan beban pasir di bagian atap rumah yang konstruksinya kurang kuat. Jadi korban meninggal dunia bukan akibat dampak langsung dari erupsi, tetapi karena kecelakaan (musibah) atau dampak lain dari erupsi," jelas Sutopo dalam rilisnya kepada Tribunnews.com, Jumat (14/2/2014) siang.
Sementara itu jumlah pengungsi akibat letusan Gunung Kelud, Jumat (14/2/2014) hingga pukul 06.00 WIB berjumlah 100.248 orang di 172 titik. Pengungsi berasal dari:
-Kab. Kediri 66.319 orang di 205 titik
-Kab. Blitar 28.970 org di 63 titik
-Kab. Tulungagung 1.349 di 11 titik
-Kab Malang 3.610 org di 14 titik
Menurut Sutopo, pukul 08.00 WIB sebagian pengungsi sudah meninggalkan pengungsian untuk kembali ke rumah. Di Blitar jumlah pengungsi yang semula 28.970 jiwa, saat ini pengungsi 2.070 jiwa yaitu di Kecamatan Garum (470 jiwa), Kecamatan Gandusari (500 jiwa), dan Kecamatan Nglegok (1.100 jiwa). Saat ini masih dilakukan pendataan.
Kebutuhan mendesak adalah masker dan relawan untuk membersihkan abu dan masker di jalan dan perumahan. Selain itu juga mobil tangki air untuk menyemprot jalan.
"Adanya informasi akan ada letusan besar diikuti awan panas, banjir lahar dingin dan gempa besar, itu adalah HOAX. Tidak benar. Jangan ikut-ikutan menyebarluaskan," kata Sutopo.