Laporan Wartawan Surya Mujib Anwar
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pemprov Jawa Timur melarang anak-anak di lokasi pengungsian Gunung Kelud mengemis.
Larangan tersebut, disampaikan Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setdaprov Jatim Ratnadi Ismaoen, Minggu (16/2/2014).
Menurut Bibing, panggilan Ratnadi, semua kebutuhan para pengungsi yang menjadi korban letusan Gunung Kelud di tempat pengungsian sudah dicukupi. Mulai makanan, minuman, MCK, dan air bersih, serta berbagai peralatan dasar lainnya.
Karenanya, kalau ada anak-anak di Pare yang turun ke jalan untuk mengemis bahkan sampai keliling kampung untuk minta bantuan kepada warga, hal itu jelas tidak dapat dibenarkan.
"Tindakan para anak-anak itu, mengesankan pemerintah tidak memperhatikan para pengungsi. Makanya, tindakan ini kontraproduktif dan sangat kami sayangkan," ujarnya.
Untuk itu, kata dia, pemprov langsung melakukan koordinasi di Posko Induk yang ada di Gedung Negara Grahadi menyikapi fenomena adanya anak-anak korban letusan Gunung Kelud yang mengemis.
Selain itu, koordinasi dengan petugas di lapangan, seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Dinas Sosial juga langsung dilakukan.
Kepala Dinas Sosial Jatim Sudjono yang sedang berada di wilayah Puncu, Kabupaten Kediri, membantah kabar adanya anak-anak korban Gunung Kelud yang keliling kampung untuk mengemis.
"Itu tidak benar, saya dan petugas saya yang ada di lapangan tidak menemukan ada anak-anak di lokasi pengungsian yang mengemis keliling kampung," tegasnya, Minggu (16/2/2014) petang.
Meski demikian, kalau memang benar tindakan mengemis itu dilakukan oleh anak-anak yang ada di pengungsian, Sudjono minta hal itu tidak dilakukan lagi.
Karena semua kebutuhan warga yang ada di lokasi pengungsian, termasuk anak-anak sudah dicukupi semua.
"Makanya saya harapkan jangan sampai mengemis. Selain tidak baik, kondisi di lapangan juga masih bahaya, karena debu halus Gunung Kelud masih turun. Malah sekarang ini hujan turun cukup lebat," katanya.