TRIBUNNEWS.COM, BLITAR -- Pembagian bantuan untuk pengungsi Gunung Kelud di Kediri belum merata. Bahkan, masih banyak yang belum mendapatkan bantuan. Untuk memenuhi kebutuhan, sebagian pengungsi mengerahkan anak-anak mereka untuk mengemis. Sejumlah anak, Minggu (16/2/2014), berkeliling kampung untuk meminta bantuan.
Dari pintu ke pintu mereka menyodorkan kardus untuk menampung bantuan barang maupun uang dari para dermawan. "Bantuan seikhlasnya pak. Untuk pengungsi. Saya mengungsi di Gedung Serbaguna Pare," ujar salah satu anak pengungsi saat berkeliling kampung di Kecamatan Pare, Minggu (16/2/2014).
Mereka meminta apa saja, termasuk baju bekas untuk ganti. Selain pakaian layak pakai, warga juga memberikan uang. Tak hanya di Pare yang dipenuhi pengungsi Kelud dari Kecamatan Puncu, di Kecamatan Kepung, Kediri, pun saat ini marak anak pengungsi meminta bantuan di jalan-jalan.
Pantauan Surya Online, di Jalan Raya Kepung, persis di depan lokasi pengungsian, sejumlah anak juga mengemis di jalanan. Mereka menadahkan tangan dan kardus. Ini terjadi pada Sabtu (15/2). Bantuan minim dan terbatasnya fasilitas mandi, cuci, dan kakus (MCK), juga dirasakan para pengungsi di Desa Jatisari, Kediri.
Arbai, panitia yang menangani pengungsi di Madrasah Aliyah Maarif Nahdlatul Ulama (NU) Desa Jatisari, Kecamatan Kepung, kemarin mengatakan, hanya ada empat MCK, yang dimanfaatkan untuk 147 orang. "Yang tinggal di sini sebagian dari warga Kecamatan Puncu dan Kepung. Awalnya hanya ada 50-an pengungsi, tapi terus bertambah," ucapnya.
Para pengungsi, katanya, kesulitan logistik, terutama saat mulai menempati sekolah itu pada hari H letusan. Bahkan, mereka tidak kebagian makanan dari dapur umum di kantor Kecamatan Kepung. Para pengungsi, katanya, membutuhkan air bersih, air minum, alas tidur, serta selimut.
Di sekolah ini ada sejumlah karpet, tapi karena jumlahnya terbatas, tidak semua pengungsi bisa tidur dengan alas. Arbai berharap segera ada bantuan, termasuk makanan bayi dan pembalut. (fiq/sha/fai/dim/vie/st36/uji)