Laporan Wartawan Pos Kupang, Thomas Duran
TRIBUNNEWS.COM, SOE--Setnaf Taopan, laki-laki paru baya penderita epilepsi, warga RT5/RW 3, Dusun 2, Desa Oinlasi, Kecamatan Mollo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), ditemukan tewas di Kali Oenasi, Kelurahan Nonohonis, Kota SoE, Selasa (18/3/2014) sore.
Setnaf ditemukan tergeletak di kali oleh dua siswa SD ketika hendak mandi. Informasi yang diperoleh di lokasi kejadian, ketika pulang sekolah, dua siswa SD itu melintas di Kali Oenasi sekitar pukul 13.30 Wita hendak mandi.
Keduanya mengira Setnaf tidur tertelungkup dalam kali, namun saat didekati, Setnaf tak bergerak, ternyata sudah meninggal dunia. Kedua anak itu lari ketakutan dan menyampaikan kepada warga sekitar. Warga setempat pun mendatangi tempat kejadian perkara melihat Setnaf.
Pantauan Pos Kupang, Setnaf meninggal dalam posisi tertelungkup di dalam kali sedalam mata kaki orang dewasa. Setnaf mengenakan celana panjang jeans warna biru dan baju kaus warna hitam. Sebuah tas hitam dililit di lehernya. Ia tidak memakai sandal.
Beberapa saat kemudian, anggota identifikasi Polres TTS, Briptu Purwanto, Bripda Polce Thaiboko, bersama anggota tipikor Brigpol Fery Hubena, Briptu Toni Maunguru, dipimpin Kanit Sidik 2, Ipda Dewa Ditya, S.IK turun melakukan olah TKP dan mengevakuasi Setnaf ke RSUD untuk divisun oleh dr. Damatus Taopan. "Hasil visum tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Korban meninggal akibat menghirup air atau tersumbatnya aluran pernapasan," kata Damatus.
Paman Setnaf, Piterson Koebanu (40), mengaku sejak ibunya meninggal tahun 2006, Setnaf Taopan tinggal bersamanya di RT 5/RW 3, Dusun 2, Desa Oinlasi, Kecamatan Mollo Selatan.
"Sejak kecil dia sudah mengidap epilepsi dan kambuh sehingga kondisi badannya kurang sehat. Setiap hari dia bekerja menolak gerobak di Pasar Inpres SoE. Dan, tadi pagi dia masih mengambil air dari sumur sebelum berangkat ke pasar," kata Piterson saat ditemui di TKP, Selasa (18/3/2014).
Piterson menjelaskan, selama ini Setnaf baik dengan semua orang, tidak pernah bermasalah dengan siapapun. Setnaf hanya sibuk menolak gerobak dari pagi hingga malam baru pulang. "Kami kehilangan dan dia adalah sosok pekerja keras. Dia kumpul uang untuk kebutuhan pribadinya. Kalau siang dia beli makan di pasar, sementara pagi dan malam kami makan sama-sama di rumah," katanya.