TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Berbeda dengan Doni, saat masih duduk di bangku SMA, Yafi tidak berniat kuliah kedokteran.
Ia lebih mengincar Fisika ITB.
“Saya dulu sebenarnya lebih ingin di Fisika karena memang latar belakangnya di situ. Sering ikut olimpiade fisika juga. Tetapi waktu seleksi, jurusan fisika malah saya jadikan pilihan kedua. Pilihan pertamanya kedokteran Unair,” kata Yafi.
Anak kedua dari tiga bersaudara ini pun mengakui memilih kedokteran juga dorongan orangtuanya yang tiada henti.
Selain karena di keluarga besarnya belum ada satupun anggota keluarga yang menjadi dokter, kedua orangtua Yafi juga tak ingin sang anak kuliah terlalu jauh dari kampung halamannya.
“Saya sebenarnya ingin kuliah di ITB. Tetapi orangtua ingin saya tidak usah jauh-jauh. Lalu guru ngaji saya juga bilang, mending nurut sama orangtua saja. Dari situlah, saya milih di sini. Kan kalau ada restu orangtua, pastinya akan lebih nyaman,” lanjutnya.
Meski sebenarnya lebih tertarik pada bidang ilmu fisika, bukan berarti Yafi sama sekali tidak menikmati kuliah kedokteran.
Setidaknya hal itu bisa terlihat dari raihan IPK-nya yang mencapai 3,75 serta kesibukannya di organisasi intra kampus seperti BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa).
Selain di BEM FK Unair, Yafi juga sibuk berorganisasi di AUBMO (Airlangga University BidikMisi Organization), tempat berkumpulnya para mahasiswa yang mendapatkan bantuan Bidikmisi dari pemerintah.
“Yang jelas, kami beruntung bisa dapat Bidikmisi sehingga bisa kuliah kedokteran. Kalaupun butuh-butuh buku dan peralatan yang harganya mahal, kami juga tidak perlu beli. Bisa pinjam dari senior-senior kami,” pungkasnya. (ben)
Fakultas Kedokteran Mahal Tetap Diburu
Pilih Kuliah di Kedokteran Unair, Hanya Turuti Keinginan Ortu
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger