TRIBUNNEWS.COM, PROBOLINGGO - Pengalaman diperlukan saat bertransaksi. Meski membeli hanya menggunakan taksiran, para jagal ini menjual daging sapinya dengan hitungan kilogram.
Apriyadi, pejagal lain asal Surabaya yang berburu sapi di Pasar Maron mengungkapkan, para jagal memiliki trik sendiri untuk memastikan kualitas sapi.
Baginya, tinggi dan besar sapi tidak selalu berbanding lurus dengan kualitas dan berat sapi.
Pria asal Wonokromo itu lantas mengajak wartawan koran ini melihat dua sapi yang sudah dibelinya.
Dia meminta Surya menaksir sapi mana di antara keduanya yang harganya lebih mahal.
Surya lantas menunju sapi yang lebih tinggi dan besar. Mengetahui jawaban itu, Apriyadi hanya tertawa.
Dia lantas menujukkan bagian belakang sapi, yang biasa disebut temol, bagian di antara paha atas dengan punggung sapi.
Menurut Apriyadi, semakin lebar paha belakang sapi itu, maka kandungan dagingnya semakin banyak.
Nah, sapi yang lebih kecil miliknya itu memiliki harga jauh lebih mahal ketimbang sapi yang besar.
”Lihat saja bokong keduanya. Meski pendek, bokong sapi ini mirip Inul Daratista. Besar,” ungkapnya sembil menepuk pantat si sapi.
Selisih harga kedua sapi itu sampai Rp 5 juta. “Yang pendek ini harganya Rp 17 juta. Beratnya bisa sampai 400-an kilogram,” imbuhnya.
Sayang sapi berbokong Inul ini cukup sulit ditemukan. Apriyadi mengaku harus keliling ke pasar-pasar hewan daerah di Jatim untuk memburunya. Mulai dari Probolinggo, Bojonegoro, Tuban, dan lain-lain.
Pasar sekarang didominasi sapi betina. Kalau pun ada sapi jantan, para pembeli harus adu cepat dengan para tengkulak dan bakul (pedagang), termasuk dari luar Jatim. (idl)