TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Komisi Pemilihan Umum (KPU), hari ini akan mengumumkan pemenang kursi presiden ketujuh Republik Indonesia.
Belum final memang. Sebab untuk menduduki kursi itu masih perlu menunggu proses hingga sang pemenang benar-benar mengucapkan sumpah jabatan di depan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Meski begitu masyarakat sudah menaruh harapan besar. Terutama masyarakat yang terusir seperti warga Syiah asal Sampang.
Juga masyarakat korban semburan Lumpur Lapindo, yang hak-haknya belum terbayar hingga bertahun-tahun.
Mereka berharap presiden baru bisa menjadi seorang Ratu Adil.
Mereka merindukan lahirnya kebijakan sekaligus kebijaksanaan yang bisa menjamin hak-hak mereka.
“Harapan kami tidak muluk-muluk. Kami ingin menjadi warga negara normal. Bisa kembali hidup bersama di rumah dan kampung kami sendiri,” tutur Ustad Iklil Al-Milal, warga Syiah saat ditemui di pengungsian, Rumah Susun (Rusun) Pasar Puspa Agro Jemundo, Sidoarjo, Senin (21/7/2014).
Di rumah penampungan itu, Iklil hidup bersama sekitar 300 warga Syiah lainnya.
Mereka terpaksa meninggalkan kampung halaman di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben.
Seingat Iklil, mereka sudah dua tahun hidup serba terbatas di pengungsian Jemundo. Tepatnya sejak Agustus 2012.
Status sebagai pengungsi sudah mereka sandang jauh sebelum boyongan ke Sidoarjo.
Tempat pertama mereka berlindung setelah kampung mereka diserang kelompok lain adalah GOR Sampang.
Selama delapan bulan mereka hidup di penampungan yang disediakan pemerintah setempat.
Namun pengungsian di tanah kelahiran mereka ini, ternyata aparatur negara tidak bisa menjamin.