TRIBUNNEWS.COM, KUALAKAPUAS - Mukjizat dialami seorang bayi berusia 20 hari, Aqila. Dia selamat dari maut tenggelamnya kapal Feri Panamas di Sungai Kapuas, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, Selasa lalu.
Seperti Suhaimi, seorang bocah yang kini hidup sebatangkara karena ditinggal mati kedua orangtua dan kakaknya dalam musibah itu, Aqila diusung sang ayah, Alfiansyah agar tetap berada di permukaan air, tidak tenggelam. Sementara sang ibu, Mega, mengapung bertumpuan pada helm.
“Sebelum tenggelam di satu sisi, mesin kapal mati. Penumpang langsung berjatuhan. Saya sempat terpisah dari suami dan anak sebelum menemukan helm. Setelah itu saya bisa menjangkau mereka. Mengapung bersama bertumpuan satu helm. Untung pertolongan segera datang,” kata Mega kepada Banjarmasin Post, Tribunnews.com Network, Rabu (30/7/2014).
Petaka itu terjadi di perairan wilayah Kelurahan Panamas. Feri Berkah Bersama milik Iwan tenggelam saat hendak menyeberangkan penumpang yang sebagian adalah pemudik, Selasa (29/7/2014) sekitar pukul 10.00 Wita.
Hingga Rabu malam, sebanyak 15 penumpang ditemukan sudah meninggal, dan 52 penumpang lainnya selamat. Sementara korban yang ‘hilang’ diperkirakan sebanyak tiga orang. Sebagian korban selamat menjalani perawatan intensif di RSUD Soemarno Sosroatmodjo, Kuala Kapuas.
Warga Panamas yang tewas dalam tragedi itu antara lain nenek, anak dan cucu yakni Hj Rukayah (72), Supiani (28), dan Muslim (6). Mereka sudah dimakamkan dalam satu makam. Selain itu bapak dan anak, Zainal Hakim (35) dan Erma Ervina (6). Namun, jenazah keduanya belum dimakamkan karena masih menunggu kepastian nasib istri Zainal, Siti Fatimah (33).
Rasa trauma juga masih dirasakan Rusdiansyah (28) bersama keluarganya. Beruntung, dia, istri, Dewi Mahrina (33) serta kedua putri mereka, Aisyah Nor Arifah (3) dan Naila Azzahra (6) selamat.
Rusdiansyah berenang selama 20 dalam kondisi leher terus dipeluk Aisyah sementara Dewi dipegangi Naila. Warga Palangkaraya ini ke Kapuas untuk berziarah ke makan nenek dan bersilaturahmi dengan kerabat.
“Belum sampai di tengah sungai, tiba-tiba air menyembur dan mesin mati. Feri langsung oleng ke kanan lalu karam menumpahkan muatan yang ada di atasnya, termasuk kami,” kata dia.
Kapolda Kalteng Brigjen Bambang Hermanu yang ikut melakukan pencarian menggunakan helikopter, menduga penyebab tragedi itu adalah kelebihan muatan. Sudah ada dua tersangka dalam kasus tersebut yakni pemilik feri, Iwan dan motoris, Adi.
Saat ditemui di Mapolres Kapuas, Iwan mengatakan izin operasional feri nahas itu sudah berakhir pada 11 Juni 2014 yang hingga kini belum diperpanjang. “Kapal memang lama tidak digunakan. Karena saat itu banyak yang mau menyeberang, saya operasikan kembali. Saya sangat menyesal,” ucapnya.
Penyesalan juga dilontarkan Adi. Dia pun mengaku tidak bisa membatasi jumlah penumpang yang naik ke feri karena banyak orang yang hendak menyeberang, sehingga oleng lalu karam.
Informasi yang diperoleh Banjarmasin Post dari Kabid Lalu Lintas Sungai Dinas Perhubungan Komunikasi dan Infomasi Kapuas, Zainuddin, Iwan sudah berusaha memperpanjang izin operasional ferinya. Tetapi karena berdasar pemeriksaan dinilai tidak laik pakai, izin tidak diberikan. “Dioperasionalkan saat lebaran saja sehingga luput dari pengetahuan Dishub," ucapnya.
Sementara Lurah Panamas, Slamet Triyadi, mengatakan feri nahas itu masih dioperasionalkan meskipun jarang karena ada feri lain yang lebih besar. Jumlah penumpangnya juga dibatasi. “Saat kejadian, jumlah penumpangnya sangat banyak,” tegas dia. (Banjarmasin Post/ryn/ami/nia/hay/ony)