News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lapsus Jejak ISIS di Jatim

Ini Jalur Yang Dilalui Pendukung ISIS ke Irak dan Suriah

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Abu Bakr al-Baghdadi menunjukkan diri pertama kali lewat tayangan video ketika berkhotbah di Mosul, Irak, Juli 2014. Ia mengklaim sebagai khalifah Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pengaruh ISIS (Islamic States in Iraq and Syam/Syria) terhadap mobilisasi para pendukungnya di Indonesia, menurut pengamat intelijen Wawan Hari Purwanto, telah berlangsung sejak dua tahun silam.

Hingga saat ini, tak kurang dari 300 orang diduga telah masuk  ke Suriah (Syria/Syam) dan mengangkat senjata bersama pasukan yang dipimpin Abu Bakar al-Baghdadi tersebut.

Dari jumlah tersebut, sekitar 55 orang diketahui telah tewas di dalam peperangan di negara itu.

Dari sekitar 300 orang itu, sebagian berasal dari Jawa Timur.

Menurut alumnus Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ini, Jawa Timur adalah area paling potensial untuk merekrut relawan ISIS, yang sebenarnya telah berubah nama menjadi IS (Islamic State) sejak 29 Juni 2014.

“Di Lamongan misalnya, ada tokoh Wildan, pengebom bunuh diri di  Irak dan menewaskan 70 orang. Selain itu di Lamongan kabarnya juga ada satu keluarga yang telah berangkat ke sana,” ujar Wawan.

Selain di Suriah, Irak juga menjadi jujugan para pendukung ISIS asal Indonesia.

Setidaknya, lanjut Wawan, sebanyak 30 orang telah berada di sana.

“Ada juga pelajar-pelajar Indonesia di Mesir yang langsung bergerak ke sana (Suriah dan Irak),” lanjutnya.

Mobilisasi relawan ISIS dari Jatim tak lepas dari peran sejumlah amir atau pimpinan kelompok Islam radikal.

Satu di antaranya, menurut Wawan adalah Abu Bakar Baasyir, Amir Jamaah Ansharud Tauhid (JAT) yang kini mendekam di Lapas Pasir Putih Nusakambangan, Cilacap, karena kasus terorisme.

Baasyir, berdasarkan foto yang beredar, telah membaiat sejumlah relawan di Lapas Pasir Putih pada 18 Juli 2014 sebagai bentuk dukungannya terhadap Daulah Khilafah Islamiyah yang identik dengan ISIS.

“Ada juga pendukung lain yang mendorong relawan Indonesia,” tambah Wawan.

Dalam hal ini Surabaya jadi titik keberangkatan penting. Lewat jalur resmi, yaitu Bandara Juanda Surabaya, relawan ISIS terbang ke  Kuala Lumpur dan dari sana mereka melanjutkan ke Istanbul Turki, lalu menyebar ke Irak serta Suriah.

Keberangkatan relawan ISIS ini difasilitasi sebuah tim yang menanggung  biaya dan pengurusan administrasi.

Tim itu juga bertugas menjemput relawan ISIS Indonesia di Istanbul.

“Biaya keberangkatan juga sudah ada yang menanggung. Biayanya sampai 1.500 dolar AS per orang (Rp 18 juta),” beber Wawan.

Menurut Wawan, gencarnya rekrutmen relawan ISIS di Indonesia ini memicu sikap resisten dari sebagian kalangan terhadap berbagai aktivitas yang disinyalir terkait ISIS.

Mereka khawatir organisasi itu berdampak buruk terhadap masyarakat Indonesia.

“Masyarakat juga cemas kalau suatu saat mereka yang berangkat ke sana (Irak maupun Suriah) kembali ke Indonesia, mereka akan melakukan hal yang sama di Indonesia,” ucap pengajar Lemhanas tersebut.

Meski menganggap ketakutan  itu wajar, Wawan mengimbau semua elemen tetap kepala dingin dan tidak terjebak ke pusaran konflik di Timur Tengah.

“ISIS itu kan terjadi di Irak dan Suriah, jadi mengapa kita mesti ikut-ikut?” sebut Wawan.

Meski begitu, kata Wawan, masyarakat juga harus mengawasi anggota keluarganya.

Apabila ada perilaku dan pemikiran aneh, ataupun apabila ada yang mengajak untuk melakukan kegiatan-kegiatan di luar kebiasaan, keluarga harus tahu.

Demikian pula masyarakat harus tahu-aktivitas di sekelilingnya.

Ia mengapresiasi Pergub Jatim nomor 51 tahun 2014 tentang Larangan Keberadaan Gerakan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang baru diteken, merupakan satu langkah yang bisa diapresiasi dan dicontoh pemerintah daerah lain.

“Pergub itu adalah langkah antisipatif. Langkah jemput bola untuk mencegah agar pengaruh ISIS di Jawa Timur tidak sampai meledak. Bagaimanapun pencegahan sejak dini lebih penting dilakukan daripada mengatasi ketika sudah terjadi gejolak,” pungkas Wawan. (ben)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini