News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lapsus Jejak ISIS di Jatim

Wildan Sempat Dilarang Keluarga, Nekat Berangkat

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wildan Mukhollad memotret dirinya sendiri saat tiba di Irak untuk berjihad.

TRIBUNNEWS.COM,LAMONGAN - Keinginan Wildan berangkat ke Mesir muncul sejak masih di MTs Al-Islam. Ketika itu ia meminta pindah sekolah ke Al-Azhar Mesir.

Permintaan itu langsung ditolak keluarga besarnya. Ada banyak pertimbangan yang membuat keluarga tidak mengiyakan permintaan itu.

Selain biaya, ayah Wildan saat itu sakit keras dan ingin semua anak-anaknya tetap berkumpul di rumah.

Sebelum meninggal, H Amin sempat meminta agar anaknya mengurungkan niat.

“Tetapi dari sekian banyak alasan, tidak satupun yang berhubungan dengan jihad apalagi ISIS. Wildan berangkat ke Mesir menyusul kakak perempuannya untuk menimba ilmu,” kata pria protolan Ponpes Al Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Jateng di tahun pertama.

Pada awal-awal keberadaannya di Mesir, Wildan sering memposting tempat-tempat yang disinggahinya di negeri Piramida itu.

Ia membuat  Facebook dengan nama Ibnu Amin As Sahmy.

Wildan pernah mengunggah Pantai Alexandria dan jalanan di Kota Kairo. Dia mengomentari postingan itu dengan memuja kebesaran Allah.

Tidak ada yang aneh dalam status Facebook itu. Tidak ada  staupun status Facebook yang berisi ajakan untuk berjihad ke Suriah dan Iraq.

Wildan juga tidak pernah mengungkapkan aktivitasnya di ISIS di dalam akunnya.

Selama Wildan memanggul senjata AK-47 (senapan serbu yang biasa dipakai milisi ISIS), komunikasi dengan keluarga dilakukan searah.

Hanya Wildan yang bisa menghubungi keluarga. Sampai akhirnya, keluarga mendapatkan kabar dari teman sekolah Wildan bahwa Wildan tewas dalam sebuah insiden bom bunuh diri.

“Di kalangan ikhwan, apa yang dilakukan adik saya termasuk amaliah istisyhadiyah. Tetapi kami tidak ingin menyimpulkan dia sahid atau tidak. Itu urusan Allah. Kami meyakini Wildan meninggal dengan baik karena tujuan yang mulia,” ujar lelaki yang bekerja sebagai kontraktor itu.

Dari informasi yang didapat keluarga, Wildan termasuk tentara ISIS yang disegani.

Meskipun usianya masih belia (bergabung dengan ISIS di usia 17 tahun), Wildan berhasil mengajak sekitar 20-an teman sekolahnya di Mesir untuk ikut bertempur.

Diakui In’am, Wildan memiliki tingkat keilmuan yang melebihi anak-anak sebayanya.

Ilmu itu kemudian dilengkapi Wildan dengan kemampuan bertempur. Inilah yang membuat Wildan disegani.

Hanya saja, In’am tidak mengetahui di kota-kota mana saja adiknya pernah bertempur.

Kabar tewasnya Wildan baru tersiar pada 10 Februari 2014 atau beberapa hari setelah kematiannya. Kabar itu secara berantai sampai juga di keluarga.

Begitu mendengar kabar kematian sang adik, In’am langsung menghubungi Ali Fauzi, mantan anggota Jamaah Islamiyah yang juga teman kecilnya.

Adik dari terpidana mati Bom Bali, Amrozi dan Mukhlas itu kemudian melacak informasi itu ke jaringan para mujahid.

“Ternyata kabar itu benar. Wildan memang tewas di Iraq setelah satu tahun menghilang dari sekolahnya di Mesir,” ujar Ali yang pernah menjadi guru Wildan selama menempuh pendidikan di Ponpes Al Islam. (idl/be)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini