TRIBUNNEWS.COM, TAMBOLAKA--Tak ada rotan akar pun jadi. Peribahasa ini cocok untuk menggambarkan kondisi SMA Taman Siswa di Desa Bilacenge, Kecamatan Kodi Utara, Kabupaten Sumba Barat Daya (SBD). Meski fasilitas seadanya, kegiatan belajar mengajar (KBM) tetap berlangsung.
Kondisi gedung sekolah memrihatinkan. Dindingnya dari gedek (belahan bambu yang dianyam). Orang yang berada dalam ruang kelas bisa terlihat dari luar melalui celah-celah dinding yang dikerjakan kurang rapih. Atap seng, sementara lantai semua ruang masih tanah.
Bangku dan meja belajar juga seadanya. Bangku terbuat dari dua batang bambu bulat yang disusun rapat sejajar, sepanjang dua meter.
Meja dari selembar papan dengan panjangnya sekitar dua meter. Bangku dan meja ini dirancang menyatu ini digunakan siswa-siswi untuk KMB.
Ruang guru disekat dengan tripleks. Begitupun ruang kepala sekolah. "Gedung sekolah ini baru selesai dibangun secara swadaya," jelas Kepala SMA Taman Siswa, Petrus Pati Nani, saat ditemui di ruang kerjanya, Sabtu (16/8/2014).
Sekolah itu memiliki 6 ruang kelas. Rinciannya, kelas 1 dua ruang (IPA dan IPS), kelas 2 ada dua ruang dan kelas 3 juga ada dua ruang. Setiap ruangan berukuran 8 x 9 meter.
"Kelas satu ada 70 siswa, lebih banyak dari tahun kemarin yang hanya 60 siswa. Mengenai bangku swadaya murni," kata Pati Nani.
Meski fasilitas seadanya, siswa/i mengikuti KBM dengan semangat. Demikian pula para guru (21 orang), semangat mengajari siswa/i.
"Kami sudah menerapkan kurikulum 2013," ujar Pati Nani sembari menambahkan pihaknya berencana membangun lagi tiga ruang untuk dijadikan kantor dan mes mes guru.
Gedung SMA Taman Siswa dibangun di atas lahan seluas 2 hektar (ha). Dengan kehadiran gedung baru meski darurat, kegiatan belajar mengajar dialihkan dari gedung SDM Bukambero sejak 2012.
Saat ini, katanya, ada 120 siswa/i dengan 18 pengajar. Rinciannya, siswa/i kelas 1 yang akan naik kelas ada dua kelas, sementara siswa/i kelas 2 yang hendak naik, ada dua kelas. "Karena jumlah siswa/i semakin banyak sehingga perlu ada gedung sekolah sendiri meski dibangun darurat," kata Pati Nani.
Pembangunan gedung baru, lanjut Pati Nani, dilakukan setelah Pemerintah Kabupaten SBD menerbitkan surat izin operasional pada Desember 2013.
Selain itu, SMA Taman Siswa memperoleh nomor pokok sekolah nasional (NPSN) yang dikeluarkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mengenai bahan bangunan, Pati Nani menjelaskan diperoleh dari partisipasi orangtua murid. "Ada anak yang belum bayar uang sekolah, kami komunikasikan dengan orang tuanya. Kami tawarkan solusinya, yaitu membantu kayu bangunan seperti kelapa, jati dan bambu untuk bahan pembangunan gedung sekolah baru. Sebagai bentuk kompensasi melunasi uang sekolah anaknya. Dan, para orang tua setuju," ucap mantan Kepala Desa Bilacenge ini. (aca)