TRIBUNNEWS.COM.UNGARAN— Bupati Semarang Mundjirin mengaku mempunyai pengalaman tidak menyenangkan saat menunggang kuda dalam sebuah pawai baru-baru ini. Mundjirin menceritakan, saat mengikuti pawai di Kecamatan Sumowono, ia didaulat untuk menunggang kuda. Ia pun berada di depan rombongan pawai itu yang disaksikan oleh ribuan warga.
Namun, setelah menempuh jarak puluhan meter, tiba-tiba ia memutuskan untuk berhenti. Padahal, titik finis pawai masih jauh. "Saya akhirnya stop di jalan, selain karena capek, banyak orang teriak-teriak, 'Hoo Prabowo... hoo Prabowo'," ungkap Bupati saat ditemui di Ungaran, Kamis (21/8/2014) siang.
Rupanya, Mundjirin tidak berkenan dirinya disamakan dengan sosok calon presiden yang saat ini menggugat hasil pemilihan presiden di Mahkamah Konstitusi, Prabowo Subianto. Sebab, Mundjirin mengaku masih sebagai kader PDI-P dan pendukung Joko Widodo.
"Lho saya (pendukung) Jokowi kok diundang-undang (dipanggil) Prabowo. Sudah saya di sini saja, saya pindah mobil," ujar dia.
Sebelumnya, Mundjirin meminta maaf kepada publik terkait pelaksanaan pawai pembangunan untuk memperingati HUT Ke-69 RI yang digelar di Ambarawa, Senin lalu. Seperti diberitakan sebelumnya, dalam pelaksanan pawai itu, banyak siswa SD yang jatuh pingsan karena kelelahan.
Selain menempuh rute yang tergolong panjang, pelaksanaan pawai juga molor hingga malam hari. "Saya mohon maaf karena itu di luar dugaan karena ada pengombyong (pengiring) yang jumlahnya sampai 700, itu total pengombyong dari kontingen SD saja," kata Bupati.