Laporan Wartawan Tribun Manado, Andrew Pattymahu
TRIBUNNEWS.COM, AMURANG - Setelah hampir 5 bulan dilaksanakan perbaikan, kini pengguna Jalan Trans Sulawesi bisa melewati Jembatan Matani di Desa Matani, Kecamatan Tumpaan.
Tidak ada kemacetan lagi yang terlihat pada jembatan yang memiliki panjang sekitar 8 meter ini.
Jefry Kembau, pengguna jalan tersebut, menuturkan waktu jembatan ini dilakukan perbaikan, ia bisa berjam-jam mengantre bersama kendaraan lainnya untuk bisa melewati jembatan tersebut.
"Apalagi kalau siang hari dan cuacanya panas, memang sangat gerah sekali," ucap dosen di sebuah perguruan swasta ini, Selasa (23/9/2014).
Dikatakannya waktu lalu kalau kendaraannya padat anteran bisa mencapai 3 kilometer. "Kini saya sudah bernaafas lega karena jembatan ini sudah selesai diperbaiki, kami sudah dengan leluasa melewatinya," katanya.
Ketua LSM Jaring Aspirasi Rakyat (Jarak) Sulut menambahkan ia melihat jembatan tersebut sudah luas dari sebelumnya. "Mudah-mudahan jembatan ini bisa terpelihara dengan baik," tandasnya.
Sementara itu Chris Alfons Sumual, tokoh pemuda Minahasa Selatan Atas (Minsela) menuturkan juga ia senang jembatan ini sudah selesai.
Apalagi Chris hampir setiap hari bolak-balik Amurang-Manado karena aktivitas kesehariannya yang bekerja di ibukota Sulut ini.
Namun di satu sisi ia berharap agar perbaikan jembatan-jembatan di Minsel tidak ada pungutan liar bagi masyarakat yang lewat di jembatan. "Karena waktu lalu di jembatan Matani ada yang meminta-minta uang," katanya.
Saat ini katanya di Minsel sedang dilakukan perbaikan dua jembatan yang pertama berlokasi di antara Kelurahaan Ranomea dan Kelurahan Bitung, Kecamatan Amurang dan yang kedua jembatan di Desa Kapitu, Kecamatan Amurang Barat. "Saya hanya berharap agar tidak ada pungutan lagi," kata aktivis KNPI ini.
Ia meminta kepada aparat pemerintah di kecamatan maupun desa setempat bisa mencegah pungli dari masyarakat.
Karena sewaktu Jembatan Matani dilakukan perbikan, pungli dari masyarakat sekitar sangatlah meresahkan bagi pengguna jalan.