TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Pukulan selalu dirasakan setiap muncul peraturan tata niaga rokok. Tapi barisan pabrik tetap saja berdiri kokoh, bahkan berkembang besar.
Pasangan Lie Koen Lie dan Liem Sien Nio bersepakat mendirikan PT Gelora Djaya bersama kolega mereka Oei Bian Hok pada 1962.
Gelora Djaya adalah perusahaan awal yang melahirkan brand Wismilak. Usaha ini awalnya masih berskala rumahan dengan hanya 10 karyawan.
Lokasinya pun di kampung padat penduduk, di Petemon Barat. Produksi perusahaan ini adalah kretek yang dihasilkan dengan keterampilan tangan para karyawan mereka.
Merekanya cukup melegenda, yakni ‘Galan’.
“Kretek kami bisa diterima masyarakat waktu itu,” ujar Henry Najoan, dari PT Wismilak Inti Makmur.
Nama Wismilak lahir satu tahun kemudian. Tepatnya pada 1963. Ketika itu produk yang dirilis Gelora Jaya adalah Wismilak Kretek Special.
Produk baru ini pun tidak kalah laris. Perusahaan berlogo ‘Pak Tua Berjenggot’ itu lantas mengalihkan produksinya ke lokasi yang lebih luas.
“Kami membeli sebidang tanah di kawasan Putro Agung Wetan pada 1966,” kata Henry.
Jumlah karyawan perusahaan bikinan arek Suroboyo itu sudah berjumlah empat kali lipat dari semula.
Produk rokok Gelora Djaya terus berkembang. Hingga lahan satu hektare di Putro Agung tak mencukupi lagi.
Perusahaan ini memutuskan untuk pindah kali kedua. Mereka memilih lahan seluas 10 hektar di kawasan Buntaran.
Sampai hari ini, perusahaan yang awalnya hanya memiliki 10 pekerja itu, kini memiliki 3000 pekerja.
Menurut Henry, saat ini Wismilak saat ini sudah dijalankan generasi ketiga, yakni Romald Walla.
Meskipun sudah IPO atau turun di lantai bursa, Wismilak tetap mempertahankan struktur yang dikuasai warga negara Indonesia.
Ronald merupakan lulusan University of Maryland dan memperoleh gelar Master of Engineering Management dari George Washington University.
Selain memproduksi rokok, perusahaan ini juga melahirkan anak perusahaan, PT Putri Jaya yang berkonsentrasi membuat kemasan pada November 1979.
Perusahaan kemasan ini berubah nama pada April 1981 menjadi PT Putri Gelora Djaya.
Gelora Jaya lantas melahirkan anak perusahaan lain yang bergerak di bidang distribusi.
Pembentukan anak perusahaan distribusi ini merupakan jawaban dari berkembangnya pasar kretek yang diciptakan Gelora Djaya.
Wismilak dan Galan didistribusikan di beberapa kota di Jatim, bahkan hingga luar Jatim. “Nama perusahaan distibusi itu adalah Gawih Jaya,” ujar Henry.
Kata ‘Gawih’ adalah kependekan dari ‘Galan-Wismilak-Hidup Subur’. Itu merupakan tiga produk awal dari perusahaan rokok legendaris ini.
Berkembangnya pasar Gelora Djaya, membuat manajemen berani mendatangkan mesin kretek merek Ducofle bikinan Prancis pada 1985.
Maka dimulailah era rokok kretek mesin di Gelora Djaya. Dari era itu lahir brand baru yakni Wismilak Diplomat pada 1989.
Inilah produk Wismilak yang paling eksis hingga saat ini. Rokok ini terkenal dengan kemasan hitam beraksen gold. Wismilak Diplomat termasuk rokok kelas premium.
Berbagai regulasi yang muncul cukup membebani, seperti urusan pita cuka, aturan perburuhan, dan lain-lain.
Tapi toh, pasar Wismilak Diplomat yang membesar, membuat manajemen mendirikan PT Wismilak Inti Makmur sebagai perusahaan induk dan unit bisnis Wismilak.
Perusahaan ini kemudian melahirkan perusahaan baru yakni PT Galan Gelora Djaja yang ada di Karang Bong, Sidoarjo.
Kini, PT Wismilak Inti Makmur memiliki unit produksi kretek tangan di Jember dan Bojonegoro.
Dua lokasi itu mendukung produksi yang masih berlangsung di Petemon dan Buntaran.
Sedangkan tembakau mereka datangkan dari Pamekasan, Sumenep, Gresik, Bojonegoro, Lombok dan Tamanggung.
Perusahaan asal kampung ini kini mampu go public Pada 18 Desember 2012, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia dengan kode WIIM.
Berbagai produk mereka ciptakan termasuk slim; dan cerutu untuk menjawab kebutuhan pasar internasional. (idl)