News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berita Eksklusif Jawa Timur

Komunitas Istri Berbagi Tips Hingga ke Luar Negeri

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ratusan calon pengantin mengikuti prosesi nikah massal di Trans Studio Mall, Makassar, Sulsel, Rabu (11/12). Sebanyak 406 pasangan dinikahkan secara massal, dan dari pasangan tersebut sebagian besar sudah menikah siri tetapi belum terdaftar di Kantor Urusan Agama dan tidak memiliki kartu nikah. (TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR)

TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Banyaknya konflik pasangan suami istri, yang berujung pada perceraian, bisa jadi dipicu banyaknya harapan yang muluk-muluk saat hendak mengikat janji pernikahan, padahal realita hidup pasca-nikah ternyata bertolak belakang.

Berawal dari diskusi-diskusi ringan, Euis Kurniawati (31) mempelopori berdirinya komunitas 2bWOW atau "To Be WOW", merujuk ungkapan "wow" yang menjadi akrab di telinga, setelah Agnes Monica kerap menggunakannya saat menjadi juri Indonesian Idol.

Namun. WOW dalam komunitas ini adalah akronim dari "To Be Wonderful Wife" atau menjadi "istri hebat”.

Komunitas ini lahir dengan diskusi dan berbagi pengalaman agar semua anggota menjadi istri yang luar biasa, yang mampu mengelola kehidupan sakinah,  keluarga yang tenang, harmonis, dan dinamis.

Euis tidak pernah mengira, komunitas yang digagasnya itu mendapat sambutan luar biasa.

Hanya dalam waktu  empat bulan sejak diproklamasikan 25 Mei 2014, ibu-ibu yang bergabung sudah mencapai  2.700 lebih.  

“Awalnya cuma enam teman yang sering diskusi ringan,” ungkapnya.

Mulanya, diskusi berlangsung santai, tak ada tema khusus. Materi bahasan mengalir begitu saja.  

“Meski begitu, setiap ketemu, selalu saja ada cerita baru tentang masalah-masalah rumah tangga. Dari sinilah kemudian kami terpikir untuk bikin komunitas,” ujar Euis, Rabu (1/10/2014).

Kini setelah komunitas berdiri, menurut Euis, anggota berusaha memaksimalkannya sebagai ajang sharing masalah keluarga.

Termasuk cara mengelola konflik dan mengantisipasi sejak dini agar tak terjadi perceraian.

Warga Keputih ini menuturkan, potensi konflik dan perceraian sebenarnya perlu dikelola sejak pernikahan akan dilangsungkan. Misalnya soal harapan-harapan yang mereka bayangkan dari pernikahan.

“Sejak harapan dicanangkan, mereka berdua harus menyiapkan  mental untuk menghadapi realitas yang sesungguhnya,” katanya.

Kini, setelah anggota komunitas membeludak, Euis pun mengubah  pertemuan dengan model yang lebih serius.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini