TRIBUNNEWS.COM,JEMBER - Bagi pengendara atau penumpang bus antar kota Jember - Banyuwangi tentu tidak asing dengan jalur Gunung Gumitir.
Jalan raya provinsi ini menghubungkan Kabupaten Jember dan Banyuwangi.
Jalur membelah hutan itu harus ditempuh sekitar 30 - 45 menit, tergantung kemacetan jalan.
Satu ujung berada di Kecamatan Silo Kabupaten Jember, dan ujung satunya ada di Kecamatan Kalibaru Kabupaten Banyuwangi.
sebelum tahun 2010, pengendara yang ingin beristirahat di jalur itu bisa memilih warung di Watu Gudang, titik puncak jalur itu, sebagai lokasi beristirahat.
Namun semenjak tahun 2010, ada pilihan istirahat lain. Selain tempat istirahat, lokasi itu kini juga bertambah menjadi kawasan wisata kuliner dan eco-tourism.
Cafe Gumitir, yang berdiri sejak tahun 2010 itu, kini banyak menjadi jujugan pelintas jalur Gumitir, juga wisatawan yang secara khusus memang datang ke tempat itu.
Cafe yang dikelola oleh Kebun Gunung Gumitir PTPN XII itu awalnya hanya sebuah rest area bagi para pelintas.
"Awalnya kami hanya menyediakan kopi dan aneka gorengan, karena memang hanya jadi rest area," kata Manajer Kebun Gunung Gumitir Ari Restiyanto.
Setahun berjalan, respon terhadap rest area itu bagus. Akhirnya manajemen secara khusus mengubah rest area menjadi sebuah cafe dan diberi nama Cafe Gumitir.
Tidak hanya gorengan yang menjadi andalan, namun aneka menu makanan menjadi handalan cafe tersebut. Sebut saja sup iga, ayam pedas, ayam goreng laos, juga soto. Aneka minuman dan camilan juga tersedia.
Tidak lupa tentu saja kopi. Kebun Gunung Gumitir merupakan perkebunan penghasil kopi bagi PTPN XII. Kopi jenis robusta yang ditanam di perkebunan berketinggian 450 meter diatas permukaan laut itu.
"Namun kebun-kebun lain di N-12 kan juga punya aneka kopi baik robusta maupun arabika, termasuk kopi luwak. Jadi kami sajikan juga disini. Andalannya tentu saja kopi luwak," lanjut Ari. Kopi luwak arabica dibanderol Rp 85.000 per cangkir dan bubuknya dijual Rp 125.000 per 160 gram.
Bagi yang tidak ingin mencicipi kopi luwak, kopi tubruk arabica dan robusta juga bisa dinikmati di cafe yang bersuasana sejuk itu.
Pengunjung bisa memilih berwisata kuliner terlebih dahulu, atau berjalan-jalan menikmati pemandangan alam. Di sekitar cafe, disediakan aneka lokasi bermain untuk anak.
Salah satu hal yang patut dicoba di tempat itu adalah perjalanan eco-tourism. Mengikuti perjalan ini anda akan mengetahui terowongan kereta api yang dibangun oleh Belanda tahun 1901 dan pabrik pengolahan kopi.
Memakai kereta kelinci yang ditarik oleh mobil jeep, perjalanan ini membutuhkan waktu satu jam.
Pengunjung bisa melihat terowongan dari dekat, bahkan berfoto ria di depan terowongan. Ketika Surya menyambangi terowongan itu pekan lalu, sejumlah pekerja sedang menambal terowongan yang terkena rembesan air.
Setidaknya 200 meter dari 690 meter panjang terowongan itu sedang dalam penambalan. Menikmati terowongan juga lebih asyik ketika kereta api melintas.
Dari terowongan, pengunjung mengunjungi pabrik pengolahan kopi milik Kebun Gunung Gumitir. Dalam perjalanan menuju pabrik itu, pengunjung melewati bawah jalur kereta api. Jalur yang melintasi lembah itu ditopang tiang-tiang raksasa yang kokoh.
"Ini juga buatan Belanda, dibuat berbarengan dengan terowongan itu tahun 1901," ujar Sunarto, sopir kereta kelinci sambil menunjuk tiang raksasa yang menopang rel kereta api.
Setelah melihat tiang rel, wisatawan melewati rumah karyawan Kebun Gunung Gumitir yang berjajar rapi. Rumah buatan tahun 1984 masih terawat.
Di pabrik pengolahan kopi, wisatawan bisa melihat proses pengolahan kopi dan sortir kopi yang dilakukan oleh puluhan orang pekerja.
Menurut penjaga tiket di arena wisata Cafe Gunung Gumitir, jumlah pengunjung di akhir pekan terutama hari Minggu membludak.
"Kalau hari biasa cuma berapa, sedikit. Paling 100 orang, kalau akhir pekan bisa 300 - 500 orang," katanya.
Friska, seorang wisatawan asal Kabupaten Bondowoso mengaku menikmati perjalanan eco-tourism yang disuguhkan cafe tersebut.
"Bisa melihat terowongan dari dekat. Setelah capek keliling, bisa makan. Makanannya sih enak. Tetapi sayang pelayanan di cafe terlihat masih kedodoran dan pelayan saya harap juga lebih ramah dalam melayani pengunjung," katanya.
Dan setelah kenyang, jangan lupa berfoto di kursi raksasa yang menjadi lokasi titik pandang ke kawasan Gunung Gumitir