News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lydia Mahasiswi Unima Berhasil Mendaki Gunung Kilimanjaro

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gunung Kilimanjaro.

TRIBUNNEWS.COM.MANADO - Wanita Sulut kembali torehkan prestasi. Seorang anggota Mahasiswa Pecinta Alam Aesthetica, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Manado (Unima) berhasil mendaki Gunung Kilimanjaro.
'
 Lydia Juliana Tumoka (22) awalnya tak menyangka impiannya untuk jalan-jalan ke luar negeri jadi kenyataan. Bahkan lebih dari itu ia menjadi perempuan pertama Indonesia dan perempuan nomor urut tiga dalam Ekspedisi 7 Wanita Indonesia Pertama yang Mendaki 7 Puncak Tertinggi di Dunia. Ya Lydia berhasil meniti jalan hingga ke puncak Gunung Kilimanjaro yang menjadi gunung ketiga Tim Aesthetica yang berhasil ditaklukkan.

Perjalanan Lydia bukanlah perjalanan yang singkat dan mudah, namun perjalanan panjang, melelahkan sekaligus mendebarkan. Gunung Kilimanjaro memiliki ketinggian 5.895 meter di atas permukaan laut. Gunung ini juga disebut Kilima Dscharo atau Oldoinyo Oibor yang berarti gunung putih dalam bahasa Masai.

Dua gunung sebelumnya yang berhasil ditaklukkan Tim Aesthetica, Gunung Cartenz Pyramid di Papua yang memiliki ketinggian 4884 meter menjadi gunung tertinggi di Benua Australi-asia. Berhasil ditaklukkan pada bulan Oktober 2012 oleh Ingka Wangko. Lalu gunung kedua Gunung Elbrus merupakan sebuah gunung di Rusia yang letaknya di dekat perbatasan Georgia. Gunung ini memiliki ketinggian 5.642 meter atau 18.510 kaki dan merupakan gunung terbesar di Rusia. Jelita Karamoy berhasil menaklukkan gunung ini pada Bulan Agustus 2013.

Dan 27 September 2014 pukul 9.10 waktu setempat menjadi waktu yang bersejarah bagi Lydia. Ia berhasil menduduki puncak tertinggi Afrika dengan perjalanan panjang yang telah ia lewati. Meski hanya 20 menit di puncak, namun ia merasa momen tersebut sangat luar biasa dan momen yang tak bisa ia lupakan. "Saya berdoa, mengucap syukur karena berhasil mendaki puncak dengan selamat," ujar gadis imut saat menyambangi Kantor Tribun Manado, Senin (6/10/2014). Senyum mengembang, mata berbinar saat menatap berada di salah satu puncak dunia. Ia pun sempat foto-foto menikmati tebing dan hamparan indah pegunungan. Bahkan ia sempat menikmati cekungan indah salju abadi di Puncak Mawenzi yang letaknya lebih rendah dari ia berpijak yakni Puncak Uhuru.

Yang ia alami berawal dari perjalanan 8 bulan sebelumnya mulai dari pelatihan, dan berbagai tes. Mulai bulan Januari ia membiasakan diri untuk berlatih, bahkan ia mendaki Gunung Klabat sebagai gunung tertinggi di Provinsi Sulawesi Utara. Puncak ketinggiannya sekitar 2100 meter. Lydia bahkan sempat capai rekor mendaki naik turun di Gunung Klabat sendirian hanya dalam 6 jam, padahal watu tempuh normal 8 jam hanya untuk naiknya saja.

Perjalananya dimulai pada 2 September 2014 ia menuju Jakarta kemudian sempat mendapat fasilitas menginap gratis dari Pemprov Sulut, lalu ke Universitas Trisakti dan berada di sana sampai tanggal keberangkatan pada tanggal 21 September 2014 dari Jakarta ke Doha. Jakarta ke Doha selama 7 jam lalu dari Doha ke wilayah Kilimanjaro 9 jam. Untuk menuju ke puncak Kilimanjaro kota terdekat adalah Arusha sebuah kota yang terletak di sebelah Utara Tanzania. Di Arusha City Lydia diberi kesempatan untuk istirahat sepanjang hari. Saat itu tanggal 23 September 2014. Berenam sesuai dengan standar prosedur pendakian, Lydia ditemani oleh porter, guide, asisten guide, chef adan asisten chef.

Ia melewati jalur Marangu dan mulai mendaki jam 2 siang waktu setempat. Ia melewati beberapa pos mulai dari pintu masuk Marangu lalu ke pondok Mandara, Horombo, Kibo dan puncak tertinggi Uhuru. "Rute terberat ke Horombo ke Kibo, di situlah saya muntah banyak sekali dan pusing. Standarnya sih kalau sudah muntah harus dievakuasi ke bawah tapi tidak, saya menolak, saya istirahat kemudian diberi minum teh hangat. Lalu mulai jalan lagi. Sudah bisa, sudah bisa kok," cerita Lydia.

Ia pun berusaha mengisi perut yang telah kosong agar tetap kuat untuk mendaki. Yang ada di benak pendakian ini adalah sebuah tantangan yang harus ditaklukkan. Ia mengaku di pundaknya tanggung jawab besar untuk bisa menaklukkan puncak tertinggi Kilimanjaro. Meski ia mengalami mountain sickness ia tetap berusaha untuk bertahan dan Puji Tuhan berhasil melewatinya.

"Banyak sekali burung gagak. Dan yang tak bisa saya lupakan ketika berada di salah satu pendakian saat malam hari seolah langit sangat dekat. Indah sekali bintang-bintang yang kelap-kelip, langit sangat bersih," jelasnya.

Lydia sempat membawa makanan kesukaannya yakni Abon Cakalang menjadi penambah nafsu makan karena di puncak selera makan tiba-tiba hilang. Selain Abon Cakalang Lydia juga sempat menikmati mie instan yang ia bawa.
Seharusnya Lydia tidak sendiri, ada 3 wanita lain yang telah disiapkan untuk mendaki gunung tersebut, namun keterbatasan dana akhirnya hanya satu yang terpilih.

Tim Aesthetica memilih Lydia setelah melewati serangkaian tes yang panjang dan rumit, baik dari sisi fisik maupun mental. Bob Sumoked Koordinator Teknis Pendakian Tim Aesthetica menyampaikan hal tersebut. Sebenarnya direncanakan ada dua orang yang akan mendaki namun akhirnya hanya satu. "Satu pendaki membutuhkan total Rp 55 juta, sayangnya tak ada dana lebih sehingga hanya Lydia yang mendaki," imbuhnya.

Beruntung pendakian tersebut mendapat donasi dari berbagai pihak seperti dari Unima melalui Rektor Dr Ph E A Tuerah MSi DEA, Bupati Minahasa Selatan Tetty Paruntu, Bupati Minahasa Jantje Sajouw dan beberapa donatur lainnya.

Di puncak Kilimanjaro juga sempat dibentangkan bendera Tribun Manado menjadi media partner dari pendakian ini. Bob optimistis target pendakian lainnya akan bisa dicapai. ia berharap bantuan dan doa dari semua pihak.(rob)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini