TRIBUNNEWS.COM.BANDUNG, - Situs purbakala Gunung Padang berada di daerah rawan bencana. Menurut Peneliti dari Badan Geologi, Profesor Sutikno Bronto, Situs Gunung padang mendapat dua ancaman bencana geologi yakni gempa bumi dan longsor.
Ancaman gempa bumi datang dari dua sesar (patahan). Gunung Padang, dikatakan Sutikno, berada tepat di atas titik perpotongan sesar Cimandiri dan sesar Gede-Cikondang. "Indikasi rawan gempa tektonik," kata Sutikno dalam Seminar Nasional 'Situs Gunung Padang dan Permasalahannya di Aula PSBJ Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Selasa (7/10/2014).
Bencana lainnya yang mengancam situs purbakala ini adalah gerakan tanah yang dapat menyebabkan longsor.
Menurut Sutikno, ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan longsor di Gunung Padang. Faktor pertama sudah barang tentu dua sesar yang berpotongan tepat di bawah situs. Kedua patahan itu membuat lokasi tersebut tidak stabil karena terlalu banyak tanah lempung.
Belakangan, kabar adanya bangunan piramida kuno di bawah situs punden berundak membuat Gunung Padang semakin tenar dan banyak dikunjungi wisatawan yang penasaran akan kabar tersebut.
Kunjungan masif tersebut menurut Sutikno tidak melulu memberikan efek positif. Banyaknya jumlah pengunjung yang datang justru bisa memicu longsor. "Beban batu kolom itu keras dan berat. Kalau terus diinjak bisa longsor," ucap dia.
Longsor juga berkaitan erat dengan terbentuknya Gunung Padang. Batuan balok columnar jointing yang terbentuk oleh letusan gunung api purba bisa tersusun rapi karena longsor.
Menurut Sutikno, bongkahan batu besar terbawa longsor berulang-ulang hingga akhirnya menumpuk menyerupai piramida. Bahkan tidak jarang bongkahan batu Gunung Padang terbawa longsor cukup jauh ke sungai-sungai di sekitarnya. "Bentang alam endapan situs berdiri di atas longsoran. Karena hujan, banyak juga batu yang merosot ke bawah," ungkap dia.
Tanpa ada peran dari manusia, longsoran tanah di Gunung Padang masih terus mengancam. Apalagi saat ini sudah memasuki musim hujan. Air hujan bisa memicu longsoran yang lebih besar lagi. Atas dasar pertimbangan mudahnya situs tersebut rusak karena longsor, maka proses penggalian situ harus lebih hati-hati dan berbasis pelestarian.