TRIBUNNEWS.COM, AMBARAWA - Tiga buah mortir diduga peninggalan perang dunia II ditemukan seorang pekerja yang tengah menggali tanah untuk pondasi bangunan di kompleks Museum Kereta Api Ambarawa, Rabu (15/10/2014).
Ahmad Asroi (32), warga Wonowoso, Demak, pertama kali menemukan benda berbahaya itu saat menggali di kedalaman 40 centimeter di dekat pintu masuk Museum KA. Cangkulnya menghantam benda padat dan berbunyi keras. Ia lantas mengais-ngais tanah di sekitar benda itu, dengan hati-hati.
"Penemuan pertama jam 8 pagi. Cangkul saya nangguh (menghantam) sebuah benda keras warna cokelat yang ternyata setelah diamati adalah mortir," kata Asroi.
Asroi lalu melaporkan temuan itu kepada mandor proyek, Irsyadi, yang kemudian meneruskan kabar itu ke polisi.
"Petugas melokalisir TKP sebelum ditangani oleh gegana Polda Jateng. Mortir kita disposal (ledakkan) di lapangan SPN Banyubiru," ujar Kabagops Polres Semarang, AKP Iwan Irmawan.
Setelah dinyatakan aman, pekerjaan Asroi pun dilanjutkan. Namun Asroi mengaku bekerja dengan perasaan lebih 'was-was'. Ternyata benar, cangkulnya kembali menghantam benda keras. Bahkan saat tangannya akan menggapai benda itu, tanpa sengaja jari tengahnya terkena bagian sirip mortir sehingga terluka dan berdarah.
"Sekitar jam 10.30, cangkul saya kena lagi. Jari tangan saya malah kena siripnya berdarah. Ternyata ada dua lagi mortir letaknya beberapa centi dari galian pertama," kata Asroi.
Hingga berita ini diturunkan, dua buah mortir tersebut masih berada di lokasi. Petugas hanya menutup bagian atas lubang tersebut dengan papan untuk menghindari paparan matahari secara langsung.
Sementara, tim gegana Polda Jateng meledakkan mortir yang ditemukan pertama, di lapangan tembak Sekolah Polisi Negara (SPN) Banyubiru yang berjarak sekirat dua kilometer dari lokasi penemuan mortir.