TRIBUNNEWS.COM.BANDUNG, - Meski bayinya sudah lahir dengan selamat, pasangan suami istri Ade Rahmat (39) dan Reni Lusiana (27) belum merasa bahagia. Sudah satu bulan lebih, bayi lelaki mereka yang lahir pada 2 Oktober 2014 di RS Imanuel, Bandung, Jawa Barat, itu masih ditahan di rumah sakit.
Ade dan Reni belum bisa melunasi biaya persalinan bayi itu. Seiring waktu, biaya perawatan bayi itu pun semakin membengkak, sementara Ade hanya bekerja menjadi petugas keamanan di salah satu hotel di Bandung.
"Sudah sebulan lebih bayi saya ditahan rumah sakit. Saya sedih, sampai sekarang pun bayi saya belum diperbolehkan pulang," kata Ade saat ditemui di Bandung, Selasa (4/11/2014).
"Yang lebih pusing lagi, semakin hari, selama bayi saya ada di rumah sakit, biayanya terus membengkak, bahkan sampai sekarang ini sudah mencapai Rp 17 juta lebih," lanjut Ade.
Menurut Ade, persalinan istrinya berjalan lancar. Tiga hari berada di rumah sakit, Reni dan bayi mereka sudah diperbolehkan pulang. Namun, karena biaya yang dibayar masih kurang, bayi mereka pun ditahan rumah sakit.
"Saya kaget dengar biayanya, mahal sekali. Biaya persalinan Rp 3,5 juta dan saya harus bayar Rp 5,8 juta untuk biaya perawatan bayi saya, karena memang bayi saya prematur. Jadi totalnya yang harus dibayar selama tiga hari, Rp. 9,3 juta," tutur Ade.
Saat itu, lanjut Ade, dia baru bisa membayar Rp 3,5 juta. "Sehingga istri saya diperbolehkan pulang. Nah, yang Rp 5,8 juta belum bisa saya bayar untuk menebus biaya perawatan bayi," ujar dia. "Saya kira biayanya tidak akan semahal itu."
Ade mengaku sudah berupaya pinjam kesana-kemari untuk mendapatkan uang Rp 5,8 juta. "Saya dapat pinjaman uang Rp 1,5 juta. Saya bilang gini ke pihak rumah sakit, 'Ini saya ada uang Rp 1,5 juta tapi bayi saya pengen kebawa pulang, nanti sisanya dicicil', tapi ditolak rumah sakit."
Menurut Ade, rumah sakit tersebut bersikukuh bayi hanya bisa dibawa pulang ketika semua biaya perawatan sudah dibayar. "Katanya, enggak bisa, tetap bayi harus ditahan kalau administrasi belum selesai. Kalau bayi mau dibawa (tapi biaya belum lunas), saya harus menyimpan jaminan," ujar dia.
Ade mengatakan, jaminan yang bisa diterima pun hanya sertifikat tanah. "Jangankan sertifikat tanah, keluarga saya saja masih ngontrak, motor yang biasa dipakai untuk kerja juga masih cicilan, kalau motornya sudah lunas mah bisa saya jual untuk menebus anak saya. Dan, gaji saya sebulan juga cuma Rp 1 Juta, gimana mau cukup?"
Meski demikian, Ade mengaku tak menyerah mencari pinjaman dan mendapatkan tambahan Rp 1 juta. Namun, uang itu tetap tak cukup untuk membawa bayinya pulang.
Hampir sepekan bayi beada di rumah sakit, Ade dikagetkan lagi dengan tagihan baru biaya perawatan. "Saya kaget, beberapa hari kemudian, biayanya sudah lebih dari Rp 10 juta," sebut dia.
"Saya mohon ke rumah sakit, agar bayi saya segera dibawa pulang saja, karena kalau didiamkan di rumah sakit biayanya terus nambah. Tapi, rumah sakit enggak ngasih, mereka minta dilunasi atau nyimpan jaminan berupa sertifikat tanah."
Ade mengaku bingung bagaimana cara mendapatkan uang untuk menebus bayi itu. Waktu pun berjalan, hingga Selasa sudah lewat sebulan bayinya tertahan di rumah sakit yang berlokasi di Jalan Kopo, Bandung.
Hingga hari ini, Ade masih berupaya mencari pinjaman uang. Belum ada konfirmasi dari Rumah Sakit Imanuel atas cerita Ade ini.(baca juga :Bayi Ditahan, Humas RSUD dr Soegiri Tak Bisa Tidur -)