TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Anggota DPRD Kabupaten Mojokerto merasa dilecehkan dan tak dihargai Bupati Mustofa Kamal Pasa saat rapat Paripurna yang berlangsung, Jumat (14/11/2014).
Rapat yang dihadiri seluruh anggota dewan usai salat Jumat ini seharusnya digelar untuk mendengarkan tanggapan Bupati Mustofa atas pandangan umum Fraksi dalam menyusun RAPBD 2015.
Selepas pukul 14.00 WIB, seluruh anggota dewan mulai memasuki ruang sidang utama di lantai satu. Begitu Bupati Mustofa memasuki ruangan, seluruh kursi terisi.
Bupati yang masih tergolong muda, 41 tahun, juga didampingi Wabup Choirun Nisa, dan seluruh staf dari hampir semua kepala dinas. Tampak Dinas PU, Dinas Pendidikan, Bappeda, dan staf bupati lainnya.
Pandangan berbeda sudah mulai terasa karena tidak biasanya paripurna digelar dengan suguhan prasmanan di lobi depan kantor dewan.
Lontong kikil dan bakso disuguhkan lengkap dengan es buah dan suguhan lainnya. Biasanya, paripurna digelar dengan suguhan nasi kotak.
"Yang jelas, ini paripurna terasa istimewa. Bupati hadir full team," ucap mantan Ketua DPRD periode lalu, Setiya Puji Lestari.
Dalam catatan dewan lama, Bupati Mustofa memang jarang menghadiri rapat Paripurna bersama dewan. Bupati yang pengusaha beton cor ini kerap absen dalam paripurna dewan.
Hal ini diakui sejumlah anggota dewan lama. Makanya, begitu Bupati Mustofa ada di tengah-tengah mereka dengan kekuatan penuh, mereka sangat mengapresiasi.
Namun, apresiasi dewan itu hanya terhenti saat menjelang rapat paripurna digelar. Sebab, saat berlangsungnya rapat dengan agenda mendengarkan jawaban bupati atas pandangan umum Fraksi, mereka kaget.
Bupati Mustofa yang melangkah menuju podium di awal rapat sudah langsung mengatakan, "Saya tampaknya tak perlu membacakan jawaban atas pandangan Fraksi. Nanti silakan dibaca sendiri kopiannya," ucap Bupati Mustofa.
Ada yang nyeletuk dan bilang Siip atas pernyataan kepala daerah di Paripurna. Tidak jelas dari anggota Fraksi apa. Namun kebanyakan anggota dewan kaget.
Fraksi yang sebelumnya menunggu reaksi bupati atas pandangan mereka pun kecewa. Sipon Diharjo, dari PDIP memberanikan diri interupsi sebelum Bupati Mustofa mengakhiri pernyataannya di podium. Dia minta bupati menyerahkan kopian ke seluruh anggota Fraksi.
Namun, ternyata usai rapat, hanya pimpinan fraksi yang dapat. Bupati Mustofa juga langsung berlalu. Rapat paripurna hanya berlangsung sekitat 10 menit. Bupati sekitar 5 menit di podium.
"Ini sama saja tak menghargai kami sebagai anggota dewan. Untuk apa kami capek-capek membuat pandangan fraksi penuh konsentrasi. Kami minta jawaban lengkap dan langsung. Tapi bupati tak menanggapi langsung," kesal Sipon.
Ketua DPRD Ismail Pribadi dari PDIP mengakui bahwa dia tak sependapat dengan sikap Bupati Mustofa. Apalagi jawaban itu diperlukan untuk membahas Rencana Kegiatan Anggaran.
"Sebenarnya kami ingin membangun budaya politik di dewan yang elegan. Kalau begini, nanti bupati akan kami ingatkan. Tidak boleh begini lagi. Kalau tidak mau membaca, kan ada wakilnya tadi," kata Ismail.