TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA -Target pengadaan beras Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jatim di tahun 2014 gagal direalisasi.
Dari target pengadaan sebanyak 1,1 juta ton, hingga minggu kedua bulan Desember 2014, Perum Bulog hanya bisa mencapai 67 persen.
“Tidak bisa sesuai target, karena harga beras yang fluktuatif di pasaran. Saat ini pengadaan beras yang kami lakukan baru mencapai 67 persen atau sekitar 741.996 ton,” jelas Witono, Kepala Perum Bulog Divre Jatim, akhir pekan ini.
Lebih lanjut, Witono menjelaskan, dalam pengadaan beras, Perum Bulog Divre Jatim menggunakan dasar Instruksi Presiden (Inpres) nomor 3 tahun 2012.
Dalam impres itu, disebutkan bila Harga Pokok Pembelian (HPP) gabah dan beras oleh Bulog tidak berubah sejak di tahun itu.
Sementara HPP di tahun 2014, yang ada di pasaran sudah mengalami fluktuatif dan harganya tidak lagi sesuai di Inpres tersebit.
Sesuai dengan Inpres nomor 3/2012, HPP Gabah Kering Panen (GKP) mencapai Rp 3.300 per kilogram, HPP Gabah Kering Giling (GKG) mencapai Rp 4.200 per kilogram di gudang Bulog dan HPP beras mencapai Rp 6.600 per kilogram.
Padahal kenyataannya di pasaran, harga sudah jauh berubah. Untuk harga GKP ditingkat petani misalnya, telah mencapai Rp 4.200 per kilogram dan harga GKG mencapai Rp 5.150 per kilogram. Sementara harga beras medium juga sudah beranjak diatas Rp 7.000 per kilogram.
"Ini yang menjadikan kami kesulitan. Apalagi pada tahun ini tidak ada kebijakan pemerintah untuk memberikan insentif dengan memperbolehkan Bulog melakukan pengadaan diatas HPP," lanjut Witono.
Dari total pengadaan tersebut, terbesar melalui pengadaan oleh Bulog Subdivre Bojonegoro yang mencakup wilayah Bojonegoro, Tuban dan Lamongan dengan volume sebesar 106.133 ton, disusul oleh pengadaan Bulog Subdivre Surabaya Utara yang mencakup wilayah Surabaya, Gresik dan Sidoarjo yang mencapai 99.400 ton.
Sementara pengadaan oleh 11 Subdivre lainnya rata-rata hanya mencapai 50.000 ton.
Walaupun pengadaan hanya mencapai 67,5 persen, namun stok yang ada di seluruh gudang milik Bulog Divre Jatim hingga akhir pekan ini masih dikisaran 476.759 ton.
Stok tersebut mencukupi kebutuhan beras Raskin Jatim selama 11 bulan lebih.
"Kalau stok, kami jamin aman hingga November tahun depan," tegas Witono.
Tak hanya stok untuk wilayah Jatim, karena Bulog Jatim menjadi salah satu daerah penyangga ketahanan pangan nasional, maka Jatim juga berkewajiban untuk melakukan pengiriman beras ke luar atau move on ke berbagai daerah yang membutuhkan, khususnya ke wilayah Indonesia Timur dan Indonesia Barat.
Beberapa daerah tersebut diantaranya adalah Papua, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Jawa Barat, Riau, Sumatra Barat dan Bengkulu.
"Untuk tahun ini, program move on atau pengiriman beras ke luar daerah ditarget mancapai 430.000 ton. Hampir 50 persen dari total pengadaan sepanjang 2014," katanya. (Sri handi Lestari)