TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Angin kencang serta gelombang tinggi di sekitar perairan Teluk Kumai, Kalimantan Tengah, menyebabkan tim Basarnas KN 224 Jakarta tidak bisa mencapai lokasi serpihan AirAsia.
Kapten kapal Ahmad memilih kembali setelah armada yang dikemudikannya dihantam ombak setinggi 3 meter berulang kali. Hantaman tersebut menyebabkan kapal terombang-ambing.
"Ombak sangat tinggi mencapai tiga meter, selain itu jarak pandang sangat terbatas, hanya 10-20 meter," ujar Ahmad di atas kemudinya, Rabu (31/12/2014).
Keputusan yang diambil kapten Ahmad ternyata tepat, beberapa menit setelah putar balik ke Kumai, terdengar bunyi peringatan cukup keras dari monitor kemudian disusul dengan matinya Genset kapal. kondisi tersebut menyebabkan kapal tidak dapat melaju.
"Kapal blackout, genset mati, beruntung kita tidak memaksakan, meski telah berlayar sejauh 10 Nm" ujarnya.
Pada awalnya bunyi peringatan dari monitor tersebut diduga akibat ketiga mesin kapal bermasalah setelah dihantam ombak. Namun setelah kru mesin Made Oka mengecek ke bawah ternyata hanya genset yang mati.
Setelah diperbaiki, genset hidup dan mesin kapal berputar mengarah kembali ke Teluk Kumai. Tim Basarnas akan menunggu cuaca bersahabat sambil menyiapkan logistik, sehingga kapal dapat kembali berlayar.
"Menurut kapten kita akan menunggu cuaca bersahabat, sambil mengisi persediaan air tawar yang mulai habis," ujar Made.
Hingga berita ini diturunkan posisi kapal Basarnas tersebut masih di perairan Kumai menuju daratan. Sementara utara kondisi cuaca masih diselimuti awan mendung disertai hujan gerimis.