TRIBUNNEWS.COM, CIANJUR - Rani Andriani alias Melisa Aprilia, terpidana mati kasus narkoba, ingin dimakamkan di tempat kelahirannya, yakni di Kabupaten Cianjur jika hukumannya memang benar terlaksana. Keinginan itu sempat dilontarkan kepada kuasa hukumnya, Yudi J, setelah pengajuan grasinya ditolak presiden.
"Saya terus mendampingi Rani hingga pengajuan grasi untuk meringankan hukumnnya. Ketika grasinya ditolak pada 2010, dia mengungkapkan tidak mau dimakamkan di Jakarta tapi di Cianjur saja jika eksekusinya terlaksana," ujar Yudi ketika ditemui, Jumat (16/1/2015).
Sementara keluarga Rani memilih menutup diri ketika eksekusi terhadap Rani akan dilakukan. Hal itu terpantau di sejumlah saudara Rani yang tinggal di RT 3/3 gang Edi 2, Kampung Cikidang, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur. Meski begitu, sosok Rani ternyata dikenal aktif dalam kegiatan kepemudaan di mata warga Kampung Cikidang. Ia bahkan sempat dipercaya menjadi Sekretaris Karang Taruna.
"Waktu itu saya di kelas 3 SMP, teh Rani kelas 3 SMA. Ia cukup aktif di kegiatan pemuda di kampung termasuk Karang
Taruna karena memang pintar," kata Ketua RT 3/3 gang Edi 2, Kampung Cikidang, Kelurahan Sayang, Kecamatan Cianjur, Jujun Junaedi (35), kepada Tribun Jabar (Tribunnews.com Network), Jumat (16/1/2015).
Selain aktif dalam kegiatan kepemudaan di kampung, Rani memiliki jiwa sosial yang tinggi. Rani sempat membuat sejumlah program kepemudaan di RT 3/3 Gang Edi 2, Kampung Cikidang. Kegiatan kepemudaan itu pun masih dijalankan warga Kampung Cikidang sampai saat ini.
"Hasil karyanya banyak di bidang pengajian, olah raga, dan lainnya. Alhamdulillah pengajiannya juga berkembang dan dilakukan setiap Selasa malam. Selain itu juga, dari segi karang taruna ada Jumat bersih yang sampai saat ini terus dilakukan," kata Jujun.
Keluarga Rani tak lagi tinggal di RT 3/3 Gang Edi 2, Kampung Cikidang. Menurut Jujun, rumah Rani di Kampung Cikidang itu sudah berpindah tangan pada 2001. Rumah itu kini ditempati warga dari Cianjur Selatan sebelum dibeli dari makelar rumah pada 2009.
"Informasinya setelah dijual, saya sendiri kurang begitu tahu keluarganya tinggal di mana. Hanya setahu saya informasi terakhir ada yang bilang tinggal di Kecamatan Ciranjang. Tapi tidak tahu pastinya Ciranjang nya di mana," kata Jujun.
Sementara tetangga sekaligus teman akrab Rani di RT 4/3 Kampung Cikidang, Iwan Setiawan (42), mengenalnya sebagai gadis yang sederhana. Menurut pria yang akrab disapa Itot, keseharian Rani di kampung pun seperti gadis pada umumnya. Hanya saja gaya hidup Rani memang terlihat berubah setelah lulus dari bangku SMA.
"Sebetulnya tidak ada yang istimewa dari Rani. Keluarganya pun hidup sederhana bukan seperti orang berada. Hanya saja ketika setahun sebelum ia tertangkap memang ada perubahan dari dirinya. Misalnya seperti ponsel dan pakaiannya," ujar Itot ketika ditemui di kediamannya, Jumat (16/1/2015).
Itot memang tak pernah menyangka, Rani bakal terjerat kasus narkoba yang membuatnya harus dieksekusi Minggu 18 Januari 2015 nanti. Pasalnya Rani tak pernah menceritakan secara detail jenis pekerjaannya setelah pindah di Bogor setahun sebelum tertangkap di Bandara Soekarno-Hatta.
"Seminggu sebelum tertangkap, kami pun sempat berkumpul bersama teman-teman. Kala itu saya sempat berpesan sambil bercanda kepadanya untuk segera cepat menikah jangan sendirian saja," ujar Itot seraya menyebut Rani kerap datang ke rumahnya setidaknya dua kali dalam seminggu.
Diceritakan Itot, Rani dan keluarganya pun sempat mengadakan pengajian di rumahnya sehari sebelum tertangkap. Kala itu Rani meminta restu kepada warga lantaran ingin menuntut ilmu di London, Inggris. Namun Rani akhirnya kedapatan membawa heroin seberat 3,5 kilogram di dalam pesawat sebelum berangkat ke tempat tujuannya.
"Saya sempat berkomunikasi tiga tahun lalu. Ia sempat meminta maaf kepada saya kalau punya salah selama bergaul dengannya. Sedangkan saya berpesan kepadanya untuk tetap sabar dan selalu berdoa agar diberikan jalan yang terbaik," ujar Itot. (cis)