TRIBUNNEWS.COM,BANYUASIN - Misteri hilangnya bocah kelas 5 SD, Abdul Hamid (11), warga Desa Durian Ijo, Banyuasin I, Kabupaten Banyuasin, sejak Selasa (3/2/2015) akhirnya terungkap. Hamid ditemukan di semak-semak dalam keadaan tewas dengan kondisi badan membiru dan banyak bekas luka tusukan. Kepalanya bahkan pecah.
Tak disangka. Pelaku pembunuhan, Iyas (16), pelajar SMP, tak lain teman sepermainan Hamid. Iyas sempat beralibi pada hari kejadian itu dia seharian berada di rumah, mencuci piring, belajar hingga menunaikan salat Magrib di musala dekat rumah. Namun di kantor polisi, Iyas akhirnya mengaku.
"Kami telah mengamankan tersangka di Mapolres Banyuasin guna penyelidikan lebih lanjut, dan tersangka akan dijerat pasal sesuai peraturan hukum perlindungan anak," kata Kapolres Banyuasin AKBP Julihan Muntaha melalui Kasat Reskrim AKP Harmianto.
Polisi masih mendalami motif pembunuhan. Hasil penggeledahan di rumah Iyas, didapati onderdil motor Supra X merah yang dikendarai Hamid sewaktu pergi dari rumah. Motor itu milik Abdul Rozak (55), ayah Hamid. Meski masih kelas 5 SD, Hamid sudah bisa mengendarai motor, terutama untuk pergi mengaji. Motor itu dipreteli pelaku Iyas untuk dibawa pulang onderdilnya setelah membunuh Hamid.
"Saya tidak menyangka. Seorang yang teman anak saya, tega melakukan perbuatan kejam. Jika memang menghendaki motor itu, ambil saja, tapi jangan bunuh anak saya," kata Abdul Rozak usai melakukan ritual kramasi di lokasi jenazah Hamid ditemukan.
Kasus pembunuhan itu bermula, pada Selasa pukul 15.30 WIB, Hamid izin pada ibunya, Murna (35), untuk mencari burung bersama seorang teman. Namun hingga sore, Hamid tak pulang. Informasi hilangnya seorang bocah SD itu tersebar luas, sehingga secara beramai-ramai dilakukan upaya pencarian oleh keluarga beserta ratusan warga.
Hingga malam, Hamid tak ditemukan. Namun sekitar pukul 23.30 WIB, ditemukan motor Honda Supra X BG 4273 YV warna merah yang dikendarai Hamid tergeletak di semak-semak dalam kondisi telah setengah dipreteli onderdilnya. Lokasi berada tidak jauh dari kandang ayam. Kesaksian seorang pekerja di kandang ayam itu melihat Hamid melintas bersama Iyas.
Malam itu juga seluruh teman Hamid dikumpulkan di Balai Desa, termasuk Iyas. "Seluruhnya membantah keras bersama dengan Abdul Hamid saat terakhir dia menghilang. Seluruh teman-temannya ditanyai satu per satu, termasuk Iyas. Serta dipertemukan dengan saksi seorang karyawan kandang ayam yang melihat keduanya melintas menggunakan sepeda motor. Saksi sudah menunjuk Iyas bersama Hamid, namun Iyas membantah," kata Abdul Rozak.
Ketika itu Iyas beralibi seusai pulang sekolah, dia sepanjang hari berada di rumah, mencuci piring, belajar hingga menunaikan salat Maghrib di musala dekat rumahnya. Keterangan Iyas sempat dibantah Murna, yang mengatakan Hamid sempat pamit hendak mencari burung bersama dengan Iyas.
Akhirnya Abdul Rozak melaporkan kasus itu ke Mapolsek Mariana. Personel polisi langsung turun menjemput sejumlah teman Hamid, termasuk Iyas untuk dimintai keterangan.
Hingga akhirnya, pada Kamis (5/2/2015) dini hari Iyas mengaku membunuh Hamid dan meninggalkannya di tengah semak belukar.
"Baru pada Kamis pagi, berbekal petunjuk dari Iyas, kami bersama anggota kepolisian langsung bergegas ke lokasi dan mendapati Hamid dalam posisi tertelungkup. Tubuhnya membiru di semak-semak tidak jauh dari lokasi kandang ayam itu," ujar Abdul Rozak.
Di sekujur tubuh Hamid ditemukan sejumlah luka tusukan yakni di bagian perut, dada, dua titik di bagian tulang belikat, kondisi kepala pecah dan memar di wajahnya. Abful mengaku tidak menyangka justru Iyas yang selama ini telah dianggap sebagai teman akrab anaknya tega menghabisi nyawa Hamid dengan sedemikian sadis.
Polisi menggeledah rumah Iyas mendapati sejumlah onderdil motor Hamid yang hilang yakni karburator, bodi motor, rem tromol, hingga gir motor telah diambil pelaku dan disimpan di rumahnya. Bahkan bagian gir motor telah dipasang di motor merk KTM milik Iyas.
Minta Ibu Temani Tidur