Sosok Abdul Hamid (11) masih terbayang dalam kenangan Murna (35), ibundanya. Dia baru menyadari perbedaan tingkah laku putranya itu di hari-hari terakhir, ternyata merupakan sebuah pertanda.
"Dia sempat meminta saya menemani tidurnya, Minggu malam. Itu perilaku berbeda karena biasanya dia tidur sendirian di kamarnya," kata Murna (35) di temui di Desa Durian Ijo, Banyuasin I.
Ia tidak menyangka perilaku berbeda anaknya yang dikenalnya rajin mengaji itu merupakan pertanda akan pergi selamanya. Sama sekali tidak menyangka, Iyas (16) yang sudah dianggap sebagai keluarganya, ternyata menjadi penyebab kematian putranya itu.
Selain dikenal periang dalam keluarga, Hamid, yang masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar setempat, sangat rajin membantu orangtua dan penurut. Setiap perkataan orangtua senantiasa dipatuhi olehnya, sampai akhirnya, Hamid berpamitan mencari burung bersama temannya.
Sementara ayah Hamid, Abdul Rozak (55), mengaku sangat menyayangkan perbuatan keji yang dilakukan oleh Iyas (16) terhadap putranya. Dia berharap hukum benar benar ditegakkan
Ia mengharapkan pelaku, yang dengan tangan dingin membunuh anaknya, dapat dihukum setimpal dengan hukuman mati.
"Tentu ada perencanaan yang dilakukan oleh pelaku, apalagi membawa serta pisau yang digunakan untuk menusuk anak saya," katanya.
Dirinya mengaku sedianya sangat mewanti-wanti penggunaan sepeda motor kepada anaknya itu, bahkan penggunaan motor hanya diperkenankan saat pergi mengaji, setiap sore hari. Untuk sekolah tidak boleh karena alasan keselamatan.
"Mungkin hari itu, merupakan hari naas bagi dia, dan juga mungkin saja telah direncanakan pelaku, meminjam motor itu dan tewas di tangan rekannya sendiri," katanya.
Ia juga menyayangkan sikap keluarga pelaku Iyas, yang sama sekali tidak memiliki itikad baik untuk meminta maaf. Abdul mengatakan, andai saja Iyas mengakui perbuatannya dengan cepat, kemungkinan nyawa anaknya masih tertolong. “Jasad anak saya dibiarkan tergeletak dua hari satu malam. Kalau saja lebih cepat Iyas mengaku, mungkin nasib anak saya tidak setragis saat ini," katanya. (Yohanes Tri Nugroho)