“Tapi, yang dijual khusus batu Aceh, selain batu Aceh tidak boleh. Ini untuk menghindari pembohongan. Karena kalau bohong, nanti Aceh sendiri yang rugi karena orang tidak percaya lagi,” kata Illiza.
“Saya rasa GaPBA yang saya kenal sudah merintis dunia ini sejak belum boomingnya batu cincin seperti sekarang ini perlu duduk dengan pihak pengelola pasar, membicarakan bagaimana teknis dan prosesnya. Tapi saya harapkan keadaan disini tetap terjaga kebersihan, kenyamanan, dan keamanannya,” ujar Illiza.
Pun demikian, Illiza mengingatkan agar semuanya tidak larut dalam jual beli sehingga mengabaikan kewajiban shalat.
“Ini sumber ekonomi baru bagi rakyat, apalagi dengan pameran dan kontes seperti ini semakin mengangkat nama batu Aceh di mata wisatawan yang datang ke Banda Aceh. Acara ini juga bisa diagendakan tahunan,” demikian Illiza.
Sementara itu, juara umum untuk kontes batu tersebut diraih Memet (44) putra Harun Keuchik Leumik. Ia meraih juara 1 pada enam kelas dan juara 3 pada empat kelas lainnya. Juara 1 diraihnya pada kelas Lavender dan Lavender Putih, Sunkis, Sefrite Jade, Mega Mendung, dan Cempaka Merah.
Sedangkan juara 3 pada di kelas Cempaka Madu dan Cempaka Merah, Sunkis, dan Black Jade. Hadiah utama sepeda motor bagi pemenang kontes itu diserahkan oleh Ketua DPD Partai Gerindra Aceh, TA Khalid yang juga donatur yang menyumbangkan kendaraan roda dua tersebut.
“Ini apresiasi yang luar biasa bagi kami selaku panitia atas suksesnya semua tahapan,” ujar Ketua GaPBA Aceh, Nasrul Sufi SSos MM.
Sore kemarin, Ismet (36) pemilik 201 batu cincin giok idocrase lumut kualitas super yang berhasil terjual Rp 1,5 miliar, menyantuni 60 anak yatim di Panti Asuhan Penyantun Islam Seutui, Banda Aceh.
Ikut hadir seluruh pengurus GaPBA dan panitia pameran itu. Santunan yang diberikan berupa sembako, serta sejumlah barang dan uang saku bagi anak-anak yatim tersebut. (mir)