TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Dusun Sendangbiru, Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang memiliki calon destinasi wisata. Bentuknya gua yang memiliki stalaktit dan stalakmit beragam bentuk.
gua ini berada di bawah pohon beringin dan diberi nama gua Harta oleh Kades Tambakrejo, Darsono. gua Harta mungkin maknanya harta desa.
"Saat ini memang masih belum dibuka untuk umum. Sebab kami masih persiapkan agar bisa nyaman dikunjungi wisatawan nanti," ungkap Hartono, Sekretaris Kelompok Abadi yang akan mengelola gua itu kepada SURYA di lokasi, Selasa (17/3/2015).
Gua Harta adalah potensi alam di desa itu. Selain itu ada destinasi wisata Pantai Sendangbiru, Pulau Sempu serta Pantai Tamban dll.
Gua ini baru mendapat perhatian serius pada 2014 lalu. Kelompok Abadi inilah yang membuka pintu gua yang sebelumnya masih tertutup pintu batu padas.
Perlahan-lahan dengan alat manual, batu itu bisa dipecah. Sehingga setidaknya jika masuk ke gua itu dengan cara membungkuk. Tapi sebelum itu, hanya ada rongga kecil di gua itu. Jika masuk harus bersusah payah.
"Awalnya yang menemukan Pak Yadi pada tahun 1989-an. Dia mencari sarang burung di gua itu," kisah Mulyono, Ketua Kelompok Abadi.
Saat itu di sana masih hutan lebat. Ia "hilang" hampir 10 hari di dalam sana. Gara-gara senter yang dibawanya kehabisan baterai. Warga kemudian menyelamatkannya dan ia masih sehat sampai sekarang.
Setelah itu, gua itu tak mendapat perhatian lagi. Tapi keindahan di dalamnya cukup memikat sehingga sayang jika dibiarkan.
Sehingga digarap serius pada 2014. Diperkirakan panjang gua yang bisa dinikmati sekitar 200 meter. Tapi kemungkinan juga masih panjang karena belum ditelusuri semua.
Direncanakan, baru pada akhir tahun 2015, gua itu akan dibuka oleh pengelola. Sebab perlu persiapan matang untuk sarana prasarananya.
Seperti jalan ke lokasi yang berada di kawasan hutan Perhutani masih tanah liat. Setidaknya butuh dicor. Kemudian pintu masuk gua juga harus lebih tinggi lain agar wisatawan bisa nyaman.
"Juga di dalam gua dibuatkan jalan biar wisatawan bisa melihat keindahan stalaktit dan stalakmit-nya," urai Hartono.
Begitu juga penerangan lampu di dalam gua. Di antara keindahan dalam gua, kita juga disuguhi lalu lalang kelelawar. Tapi diyakinkan mereka, kehadiran manusia di dalam gua itu tak mengganggu.
"Tempat mereka ada disisi lain. Memang masih ada yang lalu lalang," urai Hartono.
Selain itu, sambil mempersiapkan semua, kelompok ini juga mengurus izin KPS (Kawasan Perlindungan Setempat) ke Perhutani sebagai pemilik lahan.
"Pak Adm Perhutani, Arief Herlambang juga sudah meninjau dan merespons baik," ungkap Hartono.
Titik gua ini berada di kawasan hutan tangkis Perhutani. Pembenahan jalan dan penghijauan akan dilakukan setelah Perhutani memotongi pohon sengon milik mereka yang saat ini sedang panen.
Pohon peneduh jenis tanaman keras nantinya akan ditanam dengan harapan bisa membuat nyaman ke lokasi.
Selain gua, nantinya di tebing dekat kawasan itu juga akan dipaketkan sehingga bisa melihat pemandangan laut.
"Ini masih kerja bakti, swadaya. Jadi ya berjalan perlahan," jelas Hartono.
Agar bisa melihat keindahan dalam gua,SURYA pun diajak masuk ke dalam gua.
Mereka sudah menyiapkan senter. Untuk masuk ke dalam, saya harus membungkukkan badan.
"Hayo..sudah kesini sekalian masuknya. Biar tahu," ajak Hartono.
Jalannya masih agak licin. Untuk turun ke bawah harus hati-hati. Akhirnya berempat masuk ke gua.
Selain Mulyono, Hartono, seorang perangkat Dusun Sendangbiru juga ikut ke dalam.
Dialah yang diminta Kades Tambakrejo mengantarkan ke lokasi dan kemudian bertemu pengelolanya.
Setelah masuk ke dalam gua, perlahan diajak turun melihat keindahan stalaktit dan stalakmitnya.
Tanahnya lebih kering. Meski tak semua panjang gua terjelajahi, tapi bisa dilihat kemilau batu di dalamnya.
Bentuk stalaktit tak hanya runcing-runcing saja. Tapi juga bentuk lain. Sedang yang stalakmit, ada yang berbentuk seperti dolphin.
Mereka sudah menyiapkan senter. Untuk masuk ke dalam, saya harus membungkukkan badan.
"Hayo..sudah kesini sekalian masuknya. Biar tahu," ajak Hartono. Jalannya masih agak licin.
Untuk turun ke bawah harus hati-hati. Akhirnya berempat masuk ke gua.
Dikisahkan Mulyono, dirinyalah yang kerap menelusuri gua itu. Sehingga ia sangat hafal kontur di dalamnya.
Meski masih ditutup untuk umum, pernah juga ada sebuah kelompok pecinta alam mau nekad masuk gua itu. Untung ia juga mengawasi mereka.
"Dengan bekal satu senter, rawan jika mereka nekat masuk," katanya.
Sehingga kalau ada yang mau kesana, perlu membawa guide gua itu yaitu Mulyono. Ada dua titik yang sulit di gua itu yang rencananya akan diberi tangga.
Sebab ada parit berkedalaman 1,5 meter. Jika tidak hati-hati, bisa tergelincir di parit itu. Meski kerap kesana, ia juga masih penasaran akhir gua itu.
"Mau menelusuri semua, saya juga perlu persiapkan matang. Setidaknya butuh teman," ungkap Mulyono yang tinggal di pondok kayu sekitar 1 Km dengan gua Harta bersama istrinya.