Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga
TRIBUNNEWS.COM, BALI - Tiga Toyota Alphard dengan petugas patroli pengawal mendatangi Kampung Kepiting, Tuban, Badung, Bali, Kamis (9/4/2015). Sekira pukul 18.00 Wita rombongan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti tiba.
Kedatangan Menteri Susi untuk meninjau langsung budidaya kepiting bakau di kawasan Badung selatan‎. Mulai dari pengecekan sebuah ruangan penangkapan kepiting di luar hutan bakau hingga di dalam hutan bakau.
Sesekali, meski tampak wajahnya letih, Susi mengimbau pembudidaya agar memanfaatkan jasa nelayan setempat. Singkatnya, ada hubungan mutualisme antara pembudidaya dan nelayan pencari kepiting.
"Bapak lepas saja yang betina. Biar nanti bertelur di laut. Terus, ada nelayan yang tangkap. Di jual ke bapak berapa. Itu yang saya harapkan dengan restock itu sendiri," kata Susi kepada pembudidaya kepiting bakau di Kampung Kepiting.
Susi juga menyatakan supaya budidaya kepiting berjalan dengan baik. Budidaya kepiting, menangkap yang jantan dan melepas yang betina. Apalagi, betina yang hendak bertelur tidak boleh ditangkap dan harus dilepas.
"Yang jantan kan capitnya besar, orang juga suka. Itu sudah menghasilkan duit buat kita (pembudidaya)," imbuh Susi sembari melepaskan beberapa buah ekor kepiting ke laut sebagai simbolis pelepasan 190 ekor kepiting bertelur.
190 ekor telur yang dilepas Menteri Susi itu rata-rata ialah kepiting bertelur dengan ukuran mencapai 800 gram per ekor. Kepiting-kepiting itu dibawa dari Balikpapan, Kalimantan Timur untuk dilepas di Hutan Bakau Bali.
Menurut Susi dalam satu ekor kepiting betina terdapat ratusan ribu ekor telur. Sehingga, jika satu saja itu ditangkap dan dikonsumsi, maka akan berdampak negatif bagi generasi mendatang.