Laporan wartawan Tribun Kaltim, Geafry Necolsen
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG REDEB - Dalam beberapa bulan terakhir, tak banyak aktivitas penerbangan di Bandara Kalimarau. Bahkan salah satu maskapai penerbangan memilih membatalkan penerbangan lantaran jumlah penumpangnya tidak mencukupi.
Lesunya lalu lintas udara ini diakui oleh Kepala Bandara Kalimarau, Yuyus Yudana.
"Memang akhir-akhir ini frekuensinya agak menurun. Kalau biasanya per hari itu ada 1.000 penumpang, sekarang hanya 600 sampai 700 penumpang," kata Yuyus kepada Tribun Kaltim (Tribunnews.com Network).
Itu artinya, penurunan jumlah penumpang di Bandara Kalimarau mencapai 30 hingga 40 persen. Yuyus menduga, menurunnya jumlah penumpang ini selain disebabkan low season juga dipengaruhi oleh harga komuditas batubara yang menurun.
"Penurunan jumlah penumpang ini sudah terjadi sejak awal tahun lalu. Kalau perkiraan saya, ini juga disebabkan karena harga batubara yang turun. Banyak karyawan yang dirumahkan," ungkapnya.
Selain itu, sepinya penumpang yang lalu lalang di Bandara Kalimarau, kata Yuyus juga disebabkan beberapa proyek yang bersumber dari APBN yang belum berjalan.
"Ini juga berdampak pada lalu lintas penerbangan. Karena saat musim proyek yang bersumber dari APBN banyak pekerja yang berdatangan," katanya lagi.
Menurut Yuyus, penurunan jumlah penumpang ini tidak hanya terjadi di Kabupaten Berau, namun juga terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia.
"Kemarin saya ada pertemuan dengan beberapa kepala bandara, saya tanya, ternyata semua memang menurun," ungkapnya.
Penurunan jumlah penumpang ini juga dibenarkan oleh General Manager PT Garuda Indonesia cabang Berau, Sugiyono.
"Memang benar, sekarang terjadi penurunan penumpang 300 hingga 400 penumpang per hari," kata Sugiyono sambil melihat data market share bulan April ini.
Saat ini, kata Sugiyono, tingkat isian penumpang maskapai Garuda Indonesia jika dirata-rata hanya 75 persen atau menurun 10 persen jika dibanding tahun sebelumnya.
"Tahun lalu bisa sampai 85 persen," ungkapnya.
Sugiyono menilai, penurunan jumlah penumpang ini disebabkan penurunan laju roda perekonomian Kabupaten Berau.
"Kami melihat dari segi ekonomi makro, penurunan jumlah penumpang ini merupakan dampak pertambangan yang lesu. Kalau biasanya pulang kampung seminggu sekali sekarang jadi sebulan sekali. Biasanya naik kelas bisnis sekarang jadi kelas ekonomi," bebernya.