TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Kematian Deudeuh Alfi Syahrin alias Empi alias Tataa Chubby (26) sungguh menghebohkan.
Dia disebut-sebut sebagai pekerja seks komersial yang menawarkan diri melalui dunia maya lalu dibunuh pelanggannya sendiri.
Menjadi PSK tentu bukanlah pilihan. Tak heran jika kemudian mereka yang sudah terjerumus ke pekerjaan yang dinilai kotor itu tetap berkeinginan berhenti ketika saatnya telah tiba.
Seperti Melati--sebut saja namanya demikian-- yang memilih cepat-cepat pensiun dari PSK karena merasa tabungannya sudah cukup untuk membuka usaha.
Saat ditemui Tribun Manado pekan lalu di Manado, Melati mengaku sangat mudah mencari uang kala menjadi PSK.
Namun demikian, dia tidak mau menghambur- hamburkan uang karena berpikir tak akan selamanya muda sehingga jika sudah tua pasti tak ada lagi tamu yang mau mengencaninya.
"Kan saya tidak selalu muda. Kalau sudah tua mana ada laki-laki yang mau. Makanya dari dulu saya sudah terbiasa menyimpan uang," tutur Melati.
Dia bahkan membuka rekening di bank untuk mengumpulkan pundi-pundi hasil keringatnya melayani nafsu laki-laki yang bukan suaminya.
Apalagi, lanjut dia, saat bekerja tak ada jaminan apapun. Hanya saja kalau tidak ada uang bisa pinjam kepada bos yang menaungi bisnis esek- sek ini di Manado.
Karena bekerja seperti ini kalau sudah tidak laku pasti tidak akan diperhatikan lagi oleh bos.
Dia pensiun dari PSK lima tahun lalu dan kini usianya sudah 48 tahun dan dia telah memiliki usaha dengan modal tabungan selama menjadi PSK. Dia pun sudah menikah dan memiliki anak.
Saat masih bekerja sebagai PSK, penghasilannya per minggu mencapai Rp 4 juta. Itu pendapatan bersih setelah dipotong make up, aksesoris dan fee untuk bosnya.
Bahkan dia biasa mendapatkan banyak barang mewah dari pelanggannya seperti handphone dan lainnya. Dia juga biasa diajak tamunya jalan-jalan termasuk menikmati makanan mewah.
Semua kemewahan itu dia tinggalkan dan justru dia merasa lemah nyaman dalam hidup.
"Saya lebih senang dan nyaman dengan apa yang saya kerjakan saat ini," pungkas Melati