News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hukuman Mati

Sebelum Dieksekusi Mati, Zainal Abidin Ingin Khatam Alquran

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Zainal Abidin, terpidana mati

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Abdul Arif

TRIBUNJATENG.COM, CILACAP- Iwan Setiawan (40), adik bungsu dari terpidana mati Zainal Abidin merasa lemas saat membesuk kakaknya yang kini berada di ruang isolasi Lapas Besi Nusakambangan, Senin (27/4).

Iwan bertemu dengan Zainal mulai pukul 12.00 Wib di selasar Lapas.

Untuk menanti pelaksanaan eksekusi mati, Zainal ingin mengisi saat-saat terakhirnya dengan khataman Alquran.

Dia sudah memesan kepada pendamping rohaninya, Ustaz Hasan Makarim (Ketua MUI Cilacap) agar membawakan mushaf Alquran Senin (27/4) malam.

"Malam ini (tadi malam) khataman di Lapas," Iwan saat ditemui Tribun Jateng di lobi @hom Premiere Cilacap. Dia ditemani kuasa hukum Zainal Abidin, Ade Yuliawan.

Saat memasuki selasar itu, Iwan harus melepas sepatu. Di situ dia juga menyaksikan sejumlah keluarga terpidana mati lainnya tengah bersedih.

Selasar memiliki luas sekitar 3x 50 meter. Iwan bisa bertemu secara langsung dengan kakaknya di ruang itu.

"Tak ada kursi kami hanya lesehan karena hanya ada karpet warna hijau. Lama sekali kami ngobrol dari jam 12.00-17.00," katanya.

Kali pertama yang dilakukan Iwan saat bersua dengan kakaknya adalah langsung menjabat tangan dan memeluknya.

Selama pertemuan itu, Zainal tak mau diajak makan. Hanya minum air mineral. Katanya sedang tak nafsu.

"Yang saya sampaikan pertama, sabar saja. Dia senyum saja. Dia bilang jaga anak-anak dia, walaupun eksekusi mati ini bilang ke anaknya agar tabah dan rajin salat," katanya.

Iwan mengatakan, saat ini Zainal memiliki dua anak. Namanya Tiara yang saat ini sudah bekerja dan satu lagi Roy saat ini duduk di kelas 3 SMA.

Sebenarnya, lanjut Iwan, dia datang ke Cilacap bersama dua saudara lainnya. Yaitu Yani (kakak Zainal) dan Amit (kakak ipar). Tetapi mereka tak ikut masuk membesuk ke Lapas Besi.

Adapun, anak-anak Zainal tak diajak lantaran sedang sakit. Mereka sekarang di Jakarta bersama ibunya. "Ibunya sudah cerai dengan Zainal.

Mereka tak tahu Zainal akan dieksekusi. Ada niat untuk menyampaikan. Tapi Mereka masih muda dan masih sekolah.

Khawatir kalau shok. Paling-paling saya bilang sabar saja banyak-banyak salat ayah sudah meninggal," imbuh Iwan.

Tak ada pesan lain kepada Iwan, selain kepada anak-anak Zainal agar taat beribadah. Zainal bahkan sudah menyerahkan semua pakaian yang ada termasuk baju kotornya.

"Saya sangat terharu. Dia minta saya bawa pulang ke Palembang saja baju kotor itu. Besok saya akan berkunjung lagi untuk yang terakhir," katanya.

Sementara itu, jika eksekusi benar akan dilakukan, Zainal minta dimakamkan di Cilacap saja. Namun, seumpama mendesak menurut Iwan lain waktu bisa dipindahkan.

Kuasa hukum Zainal, Ade Yuliawan mengatakan, perjuangan yang dilakukannya sudah maksimal.

Saat ditemui Tribun, Ade baru saja menerima amar putusan dari Kasie Pidum pada Kejaksaan Negeri Palembang.

Pengajuan peninjauan kembali (PK) kasus Zainal Abidin bin Mas Mahfud Badarudin (48) resmi ditolak.

Soal Pk kedua? Nggak ada kesempatan lagi karena sudah dimasukkan di ruang isolasi. Langkah selanjutnya masih banyak langkah, tapi mengingat kondisi dimasukkan ke isolasi tinggal menunggu Zainal.

"Sebenarnya saya tak pasrah. Tentunya jalan untuk ke sana tak hanya ini saja. Beberapa organisasi internasional mengecam tegas atas pelaksanaan hukum mati Indonesia yang berjalan saat ini. Kalau mau PK kedua, mau berangkat ke Palembang, tapi Zainal sudah didor besok. Negara tak mau kasih kesempatan mau apalagi," katanya dengan nada rendah.

Ade menceritakan, suasana di Lapas Besi sangat mengharukan. Terutama di selasar dimana keluarga dan terpidana mati bertemu.

Dia menyebut hampir semuanya kalap dalam tangis. Tetapi tidak untuk keluarga Zainal.

Dia mengungkapkan, di Lapas Besi Nusakambangan sudah ada tiga barikade. Setiap barikade ada empat petugas lengkap dengan senjata laras panjang. Ambulan dan truk Brimob juga ada.

"Rasanya mencekam. Lapas di Nusakambangan semua tutup kecuali Lapas Besi. Masih buka sampai pukul 17.00 tadi (kemarin) dan besok (hari ini) hanya sampai pukul 13.00 Wib. Karena mungkin malamnya akan dilaksanakan eksekusi," kata dia.

Ade memastikan, Zainal tegar. Dia mengatakan, bagi Zainal hidup mati manusia sudah ditentukan. Semua orang pasti mati.

Ade menyebut, Zainal adalah sosok yang taat beragama. Dia merupakan lulusan ponpes Arriyadh Palembang. Nyantai sejak SD kelas enam sampai SMP.

"Hukum ditegakkan seadil-adilnya sangat didambakan Zainal. Tapi kenyataan 15 tahun menunggu tapi berakhir di depan regu tembak. Yang dititipi, dihukum mati. Yang memperkenalkan sudah bebas dan yang punya batang haram itu justru belum tertangkap," katanya. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini