News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Buruh Serabutan Ini Lihai Tipu Para Dosen di Seluruh Indonesia

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku M Guci Syaifudin

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Asyik menonton pertandingan Liga Champions di rumahnya di Dusun Lakoro, Desa Lautang, Kecamatan Belawa, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan, B (25) tak menyangka bakal dicokok tim Ditreskrimsus Polda Jawa Barat (Jabar), Jumat (8/5/2015).

Pria yang kesehariannya bekerja serabutan itu ditangkap atas kasus dugaan penipuan yang mengatasnamakan Wakil Rektor I Universitas Padjajaran (Unpad), Prof Engkus Kuswarno.

B mengaku melakukan aksinya dengan menyebarkan pesan singkat ke sejumlah akademisi, baik itu mahasiswa, dosen, dan guru besar.

Adapun penyebaran pesan singkat itu dilakukan secara acak. Satu di antaranya akademisi Unpad menjadi korban penipuan yang dilakukan pria berkulit sawo matang itu.

"Saya kirim pesan saja dengan mengumumkan ada undangan rakernas peningkatan kerja tenaga pendidikan yang diselenggarakan Dirjen Dikti," kata B kepada awak media di Markas Polda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Selasa (12/5/2015).

B mengaku tak hanya akademisi asal Unpad saja yang sudah menjadi korban aksinya selama empat tahun ini.

Dengan modus penipuan yang dilakukannya, setidaknya ratusan akademisi dari berbagai universitas di Indonesia telah menjadi korban aksinya.

Nama-nama calon korban beserta nomor ponselnya pun ditulisnya di dalam sebuah buku atau dicetak dalam selembar kertas.

"Saya dapat nama akademisi yang akan saya kirimkan pesan itu dengan mencarinya melalui google. Dari situs google, saya tinggal mencari nama akademisi dari universitas yang ada di Indonesia. Misalnya mencari dengan kata kunci daftar nama dosen, setelah keluar saya cetak," kata B.

Setiap harinya, B mengirimkan sebanyak 50 pesan singkat dengan modus mengajak seminar atau rapat kerja ke sejumlah akademisi secara acak.

Namun tidak semua akademisi yang dikirimi pesan singkat itu langsung merespon langsung.

B pun memberi tenggat waktu respon pada calon korban hingga sore hari.

"Kalau tidak ada ganti lagi korbannya. Makanya penghasilannya tidak menentu dan dapat langsung setiap hari. Paling kecil setiap bulannya saya dapat Rp 1,5 juta. Kalau paling besarnya dapat Rp 26 juta," kata B.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini