Dia mengaku baru pertama kali mengantar korban datang ke hotel. Saat ditanya soal website yang diduga untuk menjajakan korban, tersangka juga membantahnya.
Ainur mengaku bisa membuat website, dan sering menerima order pembuatan website. Tapi sebagai web developer, dia membantah membuat atau mengoperasionalkan website itu.
“Saya tidak tahu dari mana polisi memunculkan website itu. Saya saja tidak tahu apa-apa soal website itu,” ungkapnya.
Informasi yang dihimpun SURYA, VD masih duduk di kelas XI sebuah SMA di Surabaya, sedangkan IY duduk di kelas XII SMA.
Dari dua korban ini, VD termasuk korban baru dari sindikat ini. VD belum pernah melayani pria hidung belang. Kedatangannya ke hotel di Ngagel itu untuk melayani pria hidung belang pertama.
Dikonfirmasi terpisah, Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polrestabes Surabaya, AKP Imaculata Sherly yakin ada orang lain yang mengendalikan tersangka.
Tapi sampai sekarang tersangka belum mengungkap orang lain yang terlibat dalam jaringannya.
“Kontak BBM-nya banyak cewek yang diduga anak buahnya. Diperkirakan sampai 20 orang,” kata Sherly.