Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Budi Rahmat
"BUK, nyonya minta tolong pagarnya dibenahi," suara Bik Siti lantang memanggil Dementria Tinambunan, perempuan paruh baya yang tinggal persis di belakang rumah yang dulu ditinggali Margriet Christina Megawe.
Rumah di Jalan Garuda nomor 7 RT 01/RW 02 Kelurahan Labuh Baru Timur, Kecamatan Payung Sekaki yang kini ditinggali Bik Siti sudah tampak tidak terawat.
Pasca kepindahan Margriet pada tahun 2000-an silam, rumah dengan cat putih dengan kombinasi dinding berwarna abu-abu itu, kini memang ditinggali oleh Bik Siti. Sebelum kasus pembunuhan terkuak, Anggeline pun beberapa kali pernah singgah dibawa Margriet ke rumah yang tergolong luas itu.
Dari penelusuran Tribun Pekanbaru (Tribunnews.com Network), Selasa (16/6/2015), jelas sekali jika rumah yang memiliki halaman di bagian samping itu, dulunya penuh warna dengan kehidupan orang di dalamnya. Baik itu Margriet serta suaminya Douglas Scarborough tentunya hidup dalam kecukupan.
Rumah yang di bagian belakangnya terdiri dari dua lantai itu, pada bagian sisi sebelah kiri (jika dilihat dari depan) terdapat sebuah kandang ayam. Bangunannya sudah tampak porak-poranda tak terawat. Meski masih menyisakan bentuk yang lumayan bagus.
Rumah yang dibeli Margriet dari Daniel Sihotang tahun 2000 silam, senilai ratusan juta itu, kini justru hanya meninggalkan kenangan saja. Dimana Angeline pernah bermain di halaman rumah yang dipercantik dengan pavin block.
"Kini yang tinggal di rumah itu hanyalah Bik Siti. Sejak ibu Telly (panggilan Margriet) pindah, Bik Siti lah yang menjadi perpanjangan tangan untuk menempatinya," ujar Dementria.
Menurut Dementria, Bik Siti selalu meminta bantuannya untuk memberesi persoalan rumah. Termasuk masalah pagar atau masalah lainnya yang kira-kira tidak bisa dilakukan Bik Siti.
Dementria memang dikatakan begitu dekat dengan keluarga Margriet. Wajar, karena pertemanan keduanya sudah terjadi sejak dua puluhan tahun silam. Rumah yang ditempati Margriet itupun merupakan rumah paman Dementria bernama Daniel Sihotang yang dibelinya.
"Dulunya nyewa di rumah ini. Namun, karena paman saya pindah ke Medan, maka rumahnya dijual. Kebetulan ibu Telly juga ingin membelinya. Ya, harganya sekitar ratusan lah," kenang Dementria.
Selain Bik Siti, dua kamar yang berada disisi bagian kanan rumah juga ditempati oleh anak-anak kos. Dua kamar memang sengaja disewakan oleh Margriet. Uang sewa itulah yang kini dimanfaatkan Bik Siti untuk memenuhi kebutuhannya.
"Untuk kebutuhan, ibu Telly mengirim uang ke Bik Siti. Namun sejak kesulitan ekonomi, uang hasil sewa kamar itu yang dimanfaatkan Bik Siti," terang Dementria.
Usia Bik Siti diperkirakan sudah mencapai 80 an tahun. Namun, sayangnya Tribun tidak bisa menemuinya karena tidak kunjung mau keluar rumah. Menurut warga sekitar, Bik Siti memang lebih banyak di rumah.
Kenangan Angeline
Rumah Margriet di Jalan Garuda itu, memang sudah seperti tidak layak tinggal jika dilihat dari depan. Pasalnya, ilalang tumbuh dengan bebas, pepohonan juga menjulang menutupi pemandangan rumah. Mulai dari pohon kelapa, kelapa sawit, serta pisang yang begitu subur.
Di bagian pagar yang agak menjorok ke depan sekitar dua meter, tampak tulisan dari cat "disewakan". Sedangkan di bagian pagar depan, terpampang tulisan "rumah ini dijual".
Meski tampak begitu angkernya rumah tersebut, namun Angeline ternyata kerap juga menghabiskan waktu disana. Terutama jika Angeline libur sekolah.
"Setahu saya pernah di awal 2015, Angeline dibawa ke sini. Memang menjadi kebiasaan setiap libur sekolah Angeline dibawa serta," ujar Dementria.
Sejauh penglihatan Dementria, ia tidak pernah melihat ada tindak-tanduk yang tidak lazim dari Margriet kepada Angeline. Justru ia tahu kejadian pembunuhaan Angeline setelah menonton dari televisi.
"Semua baik-baik saja. Saya tidak melihat ada perlakuan yang tidak baik. Setelah menonton televisi, saya kaget. Kok ada Bu Margriet, " ujarnya.
Selama di rumah Jalan Garuda tersebut, Angeline memang suka bermain di halaman rumah. Sosoknya yang ceria dikenang betul oleh Alfon, pemilik usaha kios potong ayam, persis d ibagian kiri bangunan rumah (jika dilihat dari depan).
Kios yang ditempati Alfon masih bagian dari bangunan milik Margriet. Interaksi pun beberapa kali terjalin antara Alfon dan Angeline meski itu hanya lewat sambungan telepon.
"Saat akan membayar uang kontrakan, saya telepon Bu Margriet. Nah, saat itu Angeline yang mengangkat teleponnya. Dan ia kemudian menyerahkan kepada Margriet," ujarnya.
Karena letak bangunan kios dengan rumah begitu dekat, maka Alfon bisa melihat jelas bagaimana sosok Angeline," Anaknya cantik dan riang," imbuhnya.