TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR – Abu yang disemburkan oleh Gunung Raung menyebabkan ribuan penerbangan di berbagai tempat di seluruh Indonesia dan beberapa negara dibatalkan.
Pembatalan itu berlangsung sejak Kamis (9/7/2015) malam dan diperkirakan bisa berlanjut hingga Sabtu (11/7/2015) hari ini karena aktivitas berapi aktif itu bersifat fluktuatif alias tak bisa ditebak.
“Besok (Sabtu hari ini, red), kondisi terkait aktivitas Gunung Raung masih fluktuatif. Angin yang membawa abu vulkanik Gunung Raung diprediksi masih tetap mengarah ke Bali,” kata Kepala BMKG (Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika) Wilayah III Denpasar, I Wayan Suardana, ketika dihubungi Tribun Bali pada Jumat (10/7/2015) malam.
“Kalau melihat hasil pantauan dari BMKG, langit Bali masih terselimuti abu karena arah angin menuju ke timur dan selatan, mengarahkan abu vulkanik Gunung Raung ke Bali. Karena itu, rapat kami dengan BMKG, Air Navigation, Otoritas Bandara Wilayah IV dan para maskapai penerbangan, memutuskan bandara masih ditutup hingga Sabtu (11/7/2015) pukul 12.00 Wita,” jelas Trikora Harjo, General Manager PT Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai, pada Jumat (10/7/2015) malam.
Pantauan abu vulkanik Raung juga diperoleh dari Volcanic Ash Advisory Center (VAAC) di Darwin, Australia. Dari pantauan Tribun Bali, abu Raung sudah mencapai wilayah-wilayah di Bali seperti Jembrana, Buleleng dan Tabanan.
Kendati secara resmi penutupan akan berlangsung hingga pukul 12.00 Wita hari ini, namun jika hasil evaluasi setelah pukul 12.00 Wita menunjukkan bahwa kondisi belum memungkinkan untuk dilakukan penerbangan, maka penutupan akan dilanjutkan.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sudah menginstruksikan penutupan lima bandara dari segala penerbangan sejak Kamis malam lalu, yang menyebabkan puluhan ribu orang gagal terbang dan tertahan di bandara.
Selain Bandara I Gusti Ngurah Rai, empat bandara lain yang ditutup akibat terdampak abu Gunung Raung adalah Bandara Internasional Lombok (BIL) di Nusa Tenggara Barat (NTB); Bandara Selaparang, Mataram (NTB); Bandara Blimbingsari, Banyuwangi (Jawa Timur); dan Bandara Notohadinegoro, Jember (Jawa Timur).
Ketinggian abu Raung saat lima bandara itu ditutup mencapai 17.000 hingga 20.000 kaki (sekitar 6,7 Km) di atas permukaan laut, dan dianggap sebagai membahayakan penerbangan.
Bahkan, menurut Trikora, pada Jumat malam ketika diputuskan untuk melanjutkan penutupan penerbangan, ketinggian abu sudah mencapai 22.000 kaki.
Pada ketinggian itu, penerbangan dengan ketinggian 24.000 kaki pun (atau 2.000 kaki di atas batas tertinggi sebaran abu Raung) juga harus mengambil jalur lain untuk menghindari kemungkinan risiko.
Akibat penutupan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai sejak Kamis hingga tadi malam, setidaknya sebanyak 357 penerbangan dibatalkan, baik domestik maupun internasional.
Pembatalan itu membuat 43.370 penumpang tak bisa terbang, dan sebagian tertahan dan bahkan menginap di Bandara Internasional Ngurah Rai selama dua malam, yakni Kamis (9/7/2015) dan Jumat (10/7/2015).
Dikatakan Trikora, akibat penutupan itu pula sebanyak 25 pesawat parkir di bandara. Tapi, kapasitas parkir di Bandara Ngurah Rai adalah untuk 49 pesawat.
“Kami akan bebaskan biaya parkir pesawat. Sebab, kondisinya memang tidak diduga,” ucap Trikora.
Penutupan lima bandara akibat abu vulkanik Gung Raung memunculkan efek domino.
Penerbangan-penerbangan yang menuju ke lima bandara tersebut akhirnya juga dibatalkan, termasuk penerbangan dari maskapai-maskapai asing yang hendak menuju ke Bali. Di antaranya JetStar, Virgin Air dan Air New Zealand. Penerbangan dari Taipeh (Taiwan) menuju Bali, misalnya, terpaksa mendarat di Jakarta.