TRIBUNNEWS.COM. DENPASAR - Pemilihan tempat kejadian perkara (TKP) pembunuhan Engeline (sebelumnya disebut Angeline) sebagai monumen peringatan kekerasan anak, menurut Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, karena Engeline dianggap sebagai pahlawan kekerasan anak, meninggal di tempat tersebut.
Selain itu, di depan TKP juga terdapat pura tua yang memberikan kesan religius.
Monumen itu nantinya akan berisikan cerita kekerasan yang diterima Engeline yang digambarkan dengan patung-patung ketika Engeline menerima siksaan.
Monumen itu nantinya akan menjadi peringatan bagi setiap kasus kekerasan terhadap anak.
Apalagi, hingga saat ini belum ada monumen kasus kekerasan terhadap anak di dunia.
"Anak-anak dari kalangan internasional maupun domestik bisa datang ke sini untuk berdoa dan memberikan karangan bunga," ucap Arist.
a menuturkan, makna dari monumen tersebut yaitu kekerasan terhadap anak harus ditentang.
Kasus Engeline harus dijadikan sebuah peringatan bahwa tidak ada toleransi bagi kekerasan terhadap anak, baik nasional maupun internasional.
Secara teknis, Arist telah berkoordinasi dengan Wali Kota Denpasar untuk melakukan pembebasan lahan di TKP Engeline.
Nantinya bangunan rumah tinggal Margriet akan digusur dan dibangun monumen Engeline.
"Kita sudah koordinasikan dengan Pemkot Denpasar untuk menyiapkan tempat ini. Kita juga sudah koordinasi dengan kepala lingkungan dan mereka siap mendukung," kata Arist.
Ia mengatakan, pihaknya baru melakukan penandatanganan prasasti sedangkan pembangunan monumen akan dilakukan setelah kasus kematian bocah delapan tahun tersebut tuntas.
Anggaran yang dibutuhkan untuk membangun monumen tersebut sekitar Rp 1 miliar.
"Agustus mungkin kita mulai pembangunan," ucap Arist.
Humas Pemkot Denpasar, I Dewa Gede Rai mengatakan, pihaknya sangat mendukung pembangunan monumen tersebut.
Sejak awal Pemkot Denpasar sangat serius menangani kasus tersebut melalui P2TP2A Denpasar.
"Pak Wali sangat konsen dengan kasus ini," ucap Gede Rai.
Terkait pembangunan monumen Engeline, pihaknya akan menyampaikan pada DPRD Denpasar mengingat biaya yang dibutuhkan cukup besar.
Wasekjen Laskar Bali, Ketut Ismaya mengatakan, pihaknya mendukung penuh pembangunan monumen Engeline baik secara moril maupun materi.
"Anggota kami di Denpasar sekitar 20 ribu orang. Kami siap membantu membangun monumen Engeline," ucap Ismaya.
a mengatakan, sejak awal Laskar Bali telah menyoroti kasus kematian Engeline.
"Ini tergerak dari hati nurani atas kepedulian terhadap kematian Engeline. Kami pun merasakan, kami punya anak dan keluarga jangan sampai kasus ini terjadi lagi," tegas Ismaya usai acara penandatanganan prasasti pembangunan monumen Engeline.
Ia berharap, kasus tersebut dapat dibuka secara terang benderang.
Polda Bali dan Polresta Denpasar harus mampu mengungkap kasus yang telah menyedot perhatian masyarakat nasional dan internasional itu.
"Kebenaran itu wajib untuk ditegakkan. Kami mendukung Polda Bali dan Polresta Denpasar," tandas Ismaya.
Pantauan Tribun Bali, acara penandatanganan prasasti monumen Engeline dihadiri ratusan warga, anak-anak, dan anggota Laskar Bali.
Arus lalu lintas sempat macet karena warga membludak hingga ke jalan raya. (*)