News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Air Sungai Lematang yang Banyak Dikumsumsi Warga Ternyata Tercemar Bakteri E-Coli

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

sungai Lematang yang masih banyak dipakai warga untuk Mandi dan Mencuci

TRIBUNNEWS.COM, LAHAT -Warga di Kota Lahat sebaiknya menghindari penggunaan air Sungai Lematang.

Penyebabnya, aliran yang menjadi kebanggaan warga Bumi Seganti Setungguan sudah tercemar. Bahkan kandungan bakteri E-colinya sudah berada diambang batas.

Kondisi tersebut sangat membahayakan warga yang menggunakan terlebih mengkonsumsinya.

Hal tersebut diungkapkan Kepala PDAM Tirta Lematang, Ir Effendi Kromo, melalui Kabag Teknis Hermansyah BSI.

Diungkapkannya, berdasarkan hasil yang dikeluarkan pihak Dinas Kesehatan Lahat kepada PDAM Tirta Lematang, bahwa aliran Sungai Lematang sudah tercemar bakteri E-Coli.

Bahkan, pencemaran tersebut sudah diambang batas yalni 8,8 MPN.

"Ya berdasarkan penelitian yang kita terima, sungai lematang sudah tak sehat. Kandungan bakterinya capai 8,8 MPN diatas ambang batas yang seharunya atau ambang baku yang direkomendasikan 0," ungkapnya, ketika diwawancarai di ruang kerjanya.

Lebih lanjut dikatakanya Herman, hasil tersebut diambil dari tujuh lokasi sebagai sampel sekitar Oktober 2014.

Dari tujuh tempat di aliran Sungai Lematang hasilnya positif mengandung bakteri E-Coli. Bahkan, terendah berada pada 5 MPN.

Dijelaskan, hal tersebut terjadi akibat masih banyaknya warga disepanjang aliran sungai lematang khususnya, buang air besar (BAB) di Sungai Lematang.

Selain itu, penelusuran yang dilakukan tercemarnya air sungai akibat aktivitas TPA Kota Pagaralam yang mendekati aliran Sungai Lematang.

"Bakteri itu muncul akibat banyaknya warga yang BAB disungai dengan sampah,"ujarnya.

Selain masalah bakteri, menurunya kualitas sungai lematang akibat kekeruhan yang juga diatas ambang baku.

Ditambahkan, jika ambang batas yang direkomendasikan maksimal 25 NTU (Naktalen Turbydity Unit), sedangkan hasil penelitian berada pada 27,2 NTU. Nah, kalau soal kekeruhan ini akibat aktifitas Galian C dan aktifitas perusahaan energi di bagian hulu sungai.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini