TRIBUNNEWS.COM.SURABAYA - Mucikari dan PSK eks lokalisasi Dolly tidak mau terang-terangan dalam membuka kembali operasinya. Mereka harus waspada agar operasinya tidak terendus petugas.
Pantauan SURYA di lokasi, tidak terlihat aktivitas di wisma di sekitar Dolly. Semua wisma sudah tertutup rapat.
Beberapa wisma terpasang tulisan dikontrakan. Beberapa wisma terlihat lusuh dan penuh debu.
Beberapa orang terlihat berdiri di pinggir jalan. Tapi tidak terlihat orang melambai sebagaimana saat Dolly masih beroperasi.
Wakasatreskrim Polrestabes Surabaya, Kompol Manang Soebeti menyatakan masih banyak mucikari dan PSK yang masih beroperasi. Dia tidak mengetahui berapa jumlah mucikari yang masih beroperasi.
Berdasar keterangan tiga tersangka yang sudah ditangkap, jumlah PSK yang masih beroperasi sekitar 40 orang.
“Sulit mendeteksi PSK karena mereka tidak domisili di sekitar Dolly. Mereka kos di luar Dolly,” kata Manang, Kamis (26/8/2015).
Menurutnya, aktivitas Dolly sejak ditutup oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini memang sudah menurun. Apalagi Satreskrim Polrestabes Surabaya dan Satpol PP Surabaya baru saja membongkar jaringan prostitusi di kawasan itu.
Tapi dia yakin masih ada mucikari dan PSK yang menjalankan bisnisnya.
Berdasar penelusuran anggota Satreskrim, modus operandi mucikari Satreskrim tidak hanya manual. Artinya mucikari tidak hanya melambai untuk mencari pelanggan.
Para pelanggan juga bisa menghubungi mucikari melalui ponsel. Biasanya pelanggan ini sudah sering berhubungan dengan mucikari.
PSK yang sudah dipesan pun tidak hanya melayani di wisma di sekitar Dolly. Pelanggan dari kalangan menengah-atas biasanya membawa PSK menginap di hotel di luar Dolly.
Menurutnya, pelanggan dari kalangan menengah-bawah yang paling sering minta dilayani di wisma sekitar Dolly.
“Kalau di sekitar Dolly kan harga kamarnya kan Rp 30.000. Kalau di luar Dolly, bisa lebih mahal,” tambahnya. (*)