Menurut mereka, sedikitnya 123 mata air di Kecamatan Wonosalam, dalam kondisi kritis.
Penyebabnya, kecuali musim kemarau panjang, merosotnya debit sumber air tersebut juga karena penggundulan lahan hutan di kawasan pegunungan Anjasmara tersebut.
Direktur Wonosalam Institut, Amiruddin Muttaqin, mengungkapkan, hasil pendataan yang dilakukan LSM yang dipimpinnya, sebanyak 123 mata air mengalami penurunan debit hingga 50 persen lebih.
“Bahkan ada tiga diantaranya kondisinya sudah mengering tanpa air sama sekali. Ini mengkhawatirkan," kata Amiruddin Muttaqin, akhir tahun lalu.
Ke-123 mata air tersebut tersebar di sembilan desa. Yakni Desa Jarak, Panglungan, Galengdowo, Carangwulung, Sumberejo, Wonokerto, Wonomerto, serta Wonosalam.
"Setiap desa minimal terdapat 10 mata air. Bahkan ada sebuah desa yang di situ terdapat 24 mata air," tambahnya.
Amirudin mengatakan ratusan mata air tersebut memiliki berbagai karakter. Misalnya ada yang termasuk mata airartesis, yakni mata air yang muncul dari tanah.
Kemudian,mata air yang sumbernya dari celah batu, serta mata air dari patahan tanah.
"Letak mata air itu juga bervariasi. Ada yang di hutan lindung, tahura (taman hutan rakyat), serta di pekarangan milik warga. Seluruh mata air sudah kami data," ujar lelaki gondrong ini.