Setelah pertandingan usai, dua peserta saling berpelukan. Mereka kembali mengenakan bajunya dan turun ke bawah panggung.
Selanjutnya menonton bersama ratusan warga yang mendatangi halaman rumah anggota DPRD Kabupaten Malang, Abu Hanif itu.
Beberapa warga sukarela jadi peserta ojung. Tak hanya anak-anak, ada kakek-kakek yang ikut. Musuhnya malah anak muda.
"Ini tradisi Madura. Sudah ada turun temurun dari nenek moyang kita. Diadakan musiman," kata Mohali.
Menurutnya, musim kemarau sudah hampir delapan bulan membuat petani mengharapkan hujan turun.
"Mudah-mudahan hujan cepat turun," kata dia.
Ritual Ojung juga ada di Suku Tengger. Namun biasanya diadakan tiap ada perayaan Hari Raya Karo. Sedang di Madura dan daerah-daerah lain yang ada warga Maduranya digelar untuk meminta hujan.
Daerah larangan sabetan rotan seperti muka atau kepala.
Yang boleh misalkan di dada, perut, punggung. Meski terlihat kejam karena ada sabetan rotan di tubuh mereka, namun makna pelukan usai pertandingan sebagai tanda persahabatan atau pertemanan.