Setiap tiga bulan, ujar Anun, sawah yang ia garap bisa menghasilkan 14 kuintal beras, dan Anun mendapat setengahnya.
Tujuh kuintal beras itu, kata Anun, tentu tak bisa mereka manfaatkan semuanya. Separuhnya harus dijual, dan uangnya dipakai untuk keperluan menggarap sawah kembali.
"Pernah ketika itu sawah gagal panen dan saya benar-benar tidak punya beras. Anak-anak ribut ingin makan. Beruntung saya suka menanam singkong dan talas, istri kemudian merebus talas sebagai ganti beras. Tapi paling lama kondisi seperti itu berjalan dua hari. Setelah bekerja apa pun, saya pulang pasti bawa beras. Paling parah ya memasak talas itu, atau singkong atau jagung," ujar pria yang nyaris setiap malam memancing lele di kali untuk menambah penghasilan.
Bahkan ketika tidak ada makanan apapun yang bisa dimakan, istri Anun sempat memasak sebongkah batu untuk meredakan tangis dan rengekan anak-anak mereka yang kelaparan meminta makan.