Laporan wartawab Serambi, Ferizal Hasan
TRIBUNNEWS.COM, BIREUEN - Pemerintah Mahasiswa (PEMA) Universitas Almuslim (Umuslim) Peusangan, Bireuen, menyesalkan sikap Pemerintah Aceh yang menggelar konferensi peringatan MoU Helsinki pada 15 November.
Karena menurut mereka, peringatan 10 tahun MoU Helsinki yang digelar Minggu (15/11/2015) menyesatkan sejarah.
Menteri Luar Negeri Umuslim, Amarullah kepada Serambinews.com (Tribunnews.com network), Sabtu (14/11/2015) mengatakan, atas dasar apa Pemerintah Aceh membuat konferensi memperingati MoU Helsinki pada 15 November.
Karena menurutnya, hari perdamaian itu diperingati setiap 15 Agustus yang merupakan hari bersejarah bagi Aceh.
Dikatakan Amrullah, Pemerintah Aceh jangan menyesatkan sejarah atau mempelintir sejarah, ini membuat bingung masyarakat ke depan.
“Kenapa peringatan MoU Helsinki diperingati pada 15 November, padahal hari perdamaian itu diperingati setiap 15 Agustus yang merupakan hari bersejarah bagi Aceh,” kata Amrullah.
Dikatakannya, PEMA Umuslim menyesalkan Pemerintah Aceh yang sudah salah momentum untuk mengundang para tokoh perdamaian MoU Helsinki baik dari Pemerintah RI maupun internasional.
Amar juga menyesalkan masih banyak butiran-butiran MoU yang belum direalisasikan, padahal jelas bahwa perjanjian ini di buat antara Pemerintah RI dengan GAM dan disaksikan oleh dunia internasional.
Kegagalan Pemerintah RI dan Pemerintah Aceh dalam menjaga perdamaian jelas terlihat atas munculnya kelompok-kelompok bersenjata di Aceh.
“Pasca perdamaian, pemerintah juga belum bisa mensejahterakan rakyat Aceh, terlihat masih banyaknya angka kemiskinan di Aceh,”kata Amar.
Ditambahkannya, dunia luar jangan melihat realisasi MoU Helsinki hanya di permukaan saja.
"Realitanya adalah seperti fenomena gunung es, hanya beberapa saja permasalahan yang tampak di permukaan,” pungkas Amar.