Ruas jalan yang beraspal hanya sampai Kampung Pantan Nangka, sedangkan dari Kampung Genteng, Mungkur dan Kampung Gewat kondisinya sangat memprihatinkan.
“Untuk menuju Kampung Gewat, belum bisa ditembus, apalagi kondisi cuaca seperti sekarang, sulit sekali ke Kampung Gewat,” ujar Genap.
Beberapa warga Kampung Genteng dan Kampung Mungkur yang dijumpai Serambi, Minggu (23/11/2015) lalu, juga mengeluhkan kondisi serupa karena jalan ke kampung mereka belum juga tersentuh perbaikan.
Pasalnya, jalan yang melintasi beberapa kampung di daerah itu, belum tersentuh aspal. Bahkan untuk menembus kampung tersebut, dibutuhkan kendaraan bertenaga ekstra.
“Kami berharap ada perhatian dari pemerintah, untuk pembenahan ruas jalan di kampung kami ini,” ujar salah seorang warga.
Berdasarkan amatan Serambi, menuju Kampung Mungkur, Kecamatan Linge dari Kota Takengon, membutuhkan waktu perjalanan sekitar dua jam.
Menuju kawasan itu harus melintasi hutan Bur Lintang yang sebagian mulai gundul. Ketika tiba di jalanan berkelok dan menurun menuju Kampung Isak yang menjadi ibukota Kecamatan Linge, terlihat barisan pohon damar menghampar luas.
Akibat akses menuju kawasan itu masih sangat sulit, maka warga juga sulit mengangkut hasil pertanian.
Selain kopi, warga di daerah itu, juga mengembangkan tanaman kapulaga di beberapa kampung Kecamatan Linge. Uniknya, di kawasan itu juga terdapat pohon kurma yang juga berbuah meski tak sesubur di Timur Tengah. (serambi indonesia/my)