Laporan Wartawan Tribun Jambi, Dedi Nurdin
TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Seminar 'Seni Melawan Malaadministsi dan Antikorupsi' yang diselenggarakan Ombudsman Perwakilan Jambi jadi ajang curahan hati.
Sejumlah peserta dari berbagai kalangan untuk bertanya malah melampiaskan curhatnya karena mengalami pengalaman buruk terkait pelayanan publik di Jambi selama ini.
Seorang mahasiswa Universitas Jambi, misalnya, mengeluhkan terkait penyaluran beasiswa di kampusnya maupun di daerah asalnya.
Ia menilai seleksi, penetapan dan pengumuman informasi beasiswa terkesan tebang pilih dan terkesan tak transparan.
Ada juga yang menceritakan pengalaman pahitnya saat meminta bantuan masker ke kantor Dinas Kesehatan Kota Jambi saat bencana kabut asap lalu.
"Kami minta masker malah dicueki, banyak orang tak ada yang menanggapi. Malah ada yang jawab maskernya habis," kata peserta di depan Wakil Wali Kota Jambi, Abdullah Sani, yang menjadi pemateri.
Ia juga curhat terkait pengalamannya saat mengurus BPJS Kesehatan, di mana seorang rekannya mengeluh karena sudah enam bulan tak mendapat kejelasan.
"Parahnya lagi, saya mau mengurus mengambil motor keluarga yang kecelakaan malah dimintai rokok," beber dia.
Wakil Wali Kota Jambi, Abdullah Sani, yang menanggapi hal tersebut berjanji akan menindak lanjuti adanya keluhan warga yang selama ini kurang medapatkan layanan publik.
"Kita kadang salahnya doa itu, ada pelanggaran kita simpan, setelah di forum baru di sampaikan. Kapan kita bisa memperbaiki kinerja polisi," kata jaksa satgas khusus Effendi Siregar.
"Kan ada Propam, kalau bisa lapor ke sana bila merasa belum puas lapor ke Polda Jambi di sana akan ditanggapi," sambung Effendi.
Taufik Yasak, Kepala Kantor Perwakilan Ombudsman Jambi mengatakan, perlu adanya sikap ramah untuk menciptakan pelayanan publik.
"Bila perlu dijait sedikit mulutnya biar senyum. Jadi orang kalau datang merasa nyaman. Kebanyakan kalau dari jauh saja sudah masam mukanya bagai mana bisa menciptakan pelayanan yang baik," kata Taufik.