Tebo mengajak mereka latihan menari di bawah pohon dan ke sungai untuk melihat gerak air mengalir.
Ada juga seorang penyandang down syndrome bernama Papin.
Papin dikira oleh masyarakat tak bisa berbuat apa-apa.
“Pin lihat teratai itu, lihat garisnya indah kan? Warnanya merah muda, Papin suka?” ujar Tebo sembari menirukan perkataannya pada Papin.
Tebo mengatakan, saat pementasan tarian kontemporer, Papin menjelma menjadi sebuah lotus yang sangat indah.
Dalam pementasan ini pula diringi musik langsung dari keyboard dan lainnya.
Tebo mengatakan inilah sesuatu yang menarik dan justru menjadi tantangan.
Ketika melatih orang menari bukan dengan orang normal.
“Bagaimana saya melatih tanpa emosi, saya mencapai sebuah kebebasan eksternal,” ujarnya usai pementasan tarian kontemporer bersama Bali Deaf Community.
Mahasiswa Fakultas Seni Tari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini lebih membuat analisis ketika melihat beberapa pemuda yang mengundurkan diri dari latihan.