Laporan Wartawan Tribun Jogja, Khaerur Reza
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Lima pimpinan KPK terpilih hasil voting anggota Komisi III DPR RI yakni Irjen Basaria Panjaitan, Agus Rahardjo, Alexander Marwata, Saut Situmorang dan Laode Syarief.
Sementara tiga orang dalam KPK, yakni Johan Budi Sapto Prabowo, Busyro Muqoddas dan Sujanarko, tersingkir.
Formasi pimpinan KPK yang baru tersebut mengundang kritik disertai kekecewaan dari sejumlah pihak termasuk aktivis antikorupsi di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Mereka menuding telah terjadi pelemahan terhadap KPK karena pimpinan yang baru dianggap memiliki jejak rekam yang meragukan.
"Ada capim yang sering memutus bebas perkara korupsi saat menjadi hakim, capim yang sungkan kepada institusi asal, capim yang tidak taat pelaporan LHKPN, capim yang memiliki catatan saat menjadi penegak hukum," ujar peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi Fakultas Hukum UGM, Zaenur Rohman, Jumat (18/12/2015).
Ia menilai sejak awal seleksi Pukat UGM telah menyampaikan jejak rekam calon pimpinan kepada tim seleksi dan masyarakat karena mereka memiliki banyak masalah tapi lulus seleksi dan terpilih menjadi pimpinan.
Di samping itu, ia juga melihat minimnya pemahaman, semangat dan keberpihakan capim KPK dalam pemberantasan korupsi saat uji kepatutan dan kelayakan di depan anggota Komisi III.
"Beberapa capim terlihat berusaha menyenangkan anggota DPR dengan menyerang KPK. Seorang capim bahkan akan menghentikan pengusutan BLBI dan Century. Ada juga capim yang menuduh KPK melakukan penjebakan dan pembiaran jika melakukan OTT," sambung dia.
Peneliti Pukat UGM lainya, Hifdzil Alim, berharap dan terus mendorong masyarakat untuk terus mengawasi dan mengawal kerja-kerja yang dilakukan pimpinan baru KPK, karena sangat kecil kemungkinan komposisi yang ada saat ini berubah.
"Kita mungkin berharap ada keajaiban mayoritas anggota DPR menolak kelima pimpinan KPK itu, meskip itu juga mustahil. Kalau tidak ya mulai hari ini kita akan melihat masa-masa kiamat KPK," tambah dia.